Selasa, 20 Oktober 2020

 KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA 

CONTOH KASUS_KASUS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Sesi 7-8

Komunikasi antarbudaya dapat terjadi di berbagai konteks, salah satunya adalah keluarga. Keluarga, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, adalah satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Sebagai salah satu sistem komunikasi atar budaya, konsep mengenai keluarga akan berbeda bagi setiap orang karena dipengaruhi oleh latar belakang budaya masing-masing.

Meskipun begitu, terdapat kesamaan pandangan mengenai tugas dan fungsi keluarga secara umum, yakni keluarga berperan besar dalam menyuguhkan aturan-aturan sosial dan keberlangsungan suatu masyarakat; menyampaikan pengetahuan, nilai-nilai, norma, sikap, peranan, adat, dan kebiasaan dari satu generasi ke genarasi berikutnya; dan membentuk kepribadian seorang anak dengan menanamkan pola pikir dan cara-cara untuk bertindak atau berperilaku yang dapat diterima masyarakat.

Dengan demikian, komunikasi antarbudaya dalam keluarga umumnya berkaitan dengan proses komunikasi antarbudaya serta fungsi keluarga dalam menyampaikan nilai-nilai ekonomi, sosialisasi budaya, serta mengajarkan nilai-nilai inti budaya sendiri.

 

Adapun contoh komunikasi antarbudaya dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1. Membangun identitas

Identitas sangat penting dalam komunikasi antarbudaya. Membangun dan menyatakan identitas diri merupakan salah satu fungsu pribadi dalam komunikasi antar budaya.

 Keluarga berperan besar dalam menyampaikan pesan-pesan dan pengetahuan tentang sejarah latar belakang keluarga, informasi tentang sifat budaya yang dianut, perilaku khusus, kebiasaan, tradisi, dan bahasa yang berkaitan dengan kelompok etnis atau budaya sendiri. Ketidakmampuan memahami budaya sendiri dapat menjadi penyebab kegagagalan dalam komunikasi antar budaya.

2. Pola komunikasi keluarga

Pola komunikasi keluarga menggambarkan kecenderungan keluarga untuk mengembangkan cara-cara berkomunikasi antar anggota keluarga yang stabil dan dapat diprediksi.

Prinsip dasarnya adalah hubungan keluarga dibangun berdasarkan coorientation di antara anggota keluarga. Pola komunikasi keluarga mengarah pada perbedaan jenis keluarga dan memprediksi jumlah proses keluarga dan hasil psikososial bagi keluarga dan individu anggota keluarga

3. Pola komunikasi antara suami istri

Contoh komunikasi antarbudaya dalam keluarga yang paling banyak diminati para peneliti adalah terkait dengan gaya komunikasi atau interaksi antara suami dan istri dalam suatu pernikahan antarbudaya.

Dalam pernikahan antarbudaya, terdapat beberapa permasalahan yang harus dihadapi oleh pasangan suami istri yang terkait dengan teman, pandangan politik, keuangan, seks, anak-anak,  nilai-nilai, kebiasaan makan minum, peran gender, sikap terhadap waktu, agama, tempat peristirahatan, stress, etnosentrisme, dan lain-lain.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pasangan suami istri umumnya mengembangkan cara-cara atau sistem guna menjaga keseimbangan hubungan dalam pernikahan.

Misalnya, mengabaikan budaya sendiri dan menerima budaya pasangan; suami atau istri memberikan kesempatan  atau porsi yang sama kepada satu sama lain terkait dengan kepercayaan dan kebiasaan budaya guna meminimalisir perbedaan lintas budaya; menghilangkan budaya sendiri akibat perbedaan budaya; dan pasangan suami istri menegosiasikan hubungan mereka karena adanya perbedaan budaya

 

4. Gaya komunikasi orang tua

Orang tua memiliki pengaruh yang besar pada cara keluarga berkomunikasi. Hal ini disebabkan orang tua merupakan model perilaku bagi anak-anaknya dan orang tua menyosialisasikan anak-anak mereka dengan cara mengajarkan kepada mereka cara berkomunikasi.

Sosialisasi yang dilakukan orang tua menunjukkan pentingnya komunikasi dalam keluarga sekaligus mempengaruhi gaya komunikasi dan perilaku anak-anak.

Menurut para ahli, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan oleh orang tua untuk mengatur perilaku anak yaitu pendekatan yang berpusat pada orang dan pendekatan yang berpusat pada posisi.

Pendekatan yang berpusat pada orang memungkinkan anak-anak untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi yang dapat memicu kemampuannya mengembangkan sikap empati dan mengambil sudut pandang orang lain ketika berperilaku.

Di lain pihak, pendekatan yang berpusat pada posisi memungkinkan anak-anak untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang dapat memicu kemampuannya mengidentifikasi aturan dan norma-norma dengan tidak mempertimbangkan sudut pandang orang lain

5. Praktek pengasuhan anak

Contoh komunikasi antarbudaya selanjutnya adalah terkait dengan praktek pengasuhan anak. Praktek pengasuhan anak mengacu pada peran orang tua dalam mengajarkan anak-anak tentang sejarah rasial atau warisan budaya mereka, mempersiapkan anak-anak untuk menyadari dan mengatasi diskriminasi, mewaspadai orang-orang dari ras lain ketika bersosialisasi, dan sosialisasi terkait perlakuan yang sama terhadap orang lain yang berbeda budaya

 

6. Komunikasi pernikahan antarbudaya

Kehadiran konflik dalam suatu keluarga antarbudaya adalah hal yang wajar. Hal ini dikarenakan masing-masing pasangan membawa budaya mereka masing-masing ketika melakukan pernikahan antarbudaya. Namun, konflik yang dihadapi pernikahan antarbudaya begitu kompleks.

Selain karena hambatan bahasa sebagai alat komunikasi, permasalahan lain yang dihadapi pernikahan antarbudaya adalah perbedaan dalam peran gender, pengasuhan anak, manajemen konflik, ekspresi emosi, nilai-nilai, perilaku sosial, dan lain sebagainya. Komunikasi merupakan kunci untuk mengatasi pemasalahan yang ada.

Cara mengatasinya adalah dengan membuat keputusan terkait dengan bahasa yang akan digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan berkomunikasi dengan anak-anak. Dalam keluarga antarbudaya, strategi satu orang tua dan satu bahasa merupakan cara untuk mengatasi kendala bahasa.

7. Sosialisasi rasial

Sosialisasi rasial dimaknai sebagai proses perkembangan dimana anak-anak memperoleh perilaku, persepsi, nilai, dan sikap kelompok etnis, dan datang untuk melihat diri mereka sendiri dan orang lain sebagai anggota kelompok. Sosialisasi rasial mencakup sosialisasi budaya, egalitarianisme, dan lain-lain

8. Sosialisasi gender

Di semua keluarga, orang tua bertugas menyampaikan peran gender yang dapat diterima secara budaya kepada anak-anaknya. Ahli sosiologi mengidentifikasi empat cara orang tua menyosalisasikan peran gender kepada anak-anaknya yaitu membentuk pemahaman tentang gender melalui mainan dan kegiatan, membedakan interaksi mereka dengan anak-anak berdasarkan jenis kelamin anak, berfungsi sebagai model gender yang utama, dan mengkomunikasikan harapan dan gender yang ideal

9. Sosialisasi bahasa

Peranan bahasa dalam Komunikasi Antar Budaya sangat penting karena membantu proses pembentukan dan pengembangan identitas dan membantu proses sosialisasi dan pewarisan nilai-nilai budaya. Keluarga bertugas mengenalkan bahasa dari budaya yang melatarbelakanginya kepada anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga mengajarkan cara menggunakan bahasa tersebut. Pelatihan berkomunikasi dilakukan melalui pengamatan, peniruan, dan latihan.

10. Sosialisasi hubungan antarbudaya

Keluarga adalah tempat pertama bagi anak-anak untuk belajar beradaptasi dan menerima perbedaan budaya. Misalnya, orang tua mengizinkan anak-anaknya mengembangkan pertemanan dengan orang-orang yang berbeda agama, ras, dan kelas sosial.

Namun di lain pihak menghalangi hubungan khusus dengan orang tidak berasal dari budaya yang sama. Misalnya, perempuan bersuku bangsa Jawa harus menikah dengan laki-laki bersuku bangsa Jawa tetapi laki-laki bersuku bangsa Jawa dapat menikah dengan perempuan yang berbeda suku bangsa

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Program Studi Ilmu Perpustakaan FISIP Uncen Gelar Seminar Internasional Bertajuk “Challenges and Developments in Library and Information Sci...