Rabu, 28 Oktober 2020

 MATERI TAMBAHAN DARI BLOG TUTOR (Rostini Anwar., M.I.Kom)

HUMAS SESI 8 


PROFESI DAN ETIKA HUMAS 

Public Relation adalah merupakan salah satu profesi yang memiliki kode etik. Dalam Public Ralation kode etik disebut sebagai kode etik Publik Relation atau kode etik kehumasan atau etika profesi humas. Dalam buku Etika Kehumasan karangan Rosady Ruslan disebutkan bahwa etika profesi humas merupakan bagian dari bidang etika khusus atau etika terapan yang menyangkut dimensi sosial, khususnya bidang profesi. Kegiatan Humas atau profesi Humas (Public Relation Professional), baik secara kelembagaan atau dalam stuktur organisasi (Public Relation by Function) maupun individual sebagai penyandang professional Humas (Public relation Officer by Professional) berfungsi untuk menghadapi dan mengantisipasi tantangan kedepan, yaitu pergeseran sistem pemerintahan otokratik menuju sistem reformasi yang lebih demokratik dalam era globalisasi yang ditandai dengan munculnya kebebasan pers, mengeluarkan pendapat, opini dan berekspresi yang terbuka, serta kemampuan untuk berkompetitif dalam persaingan pasar bebas, khususnya di bidang jasa teknologi informasi dan bisnis lainnya yang mampu menerobos batas- batas wilayah suatu negara, sehingga dampaknya sulit dibendung oleh negara lain sebagai target sasarannya.

Perlunya penyesuaian, perubahan (revisi) dan modifikasi mengenai seperangkat pengaturan dan perundang-undangan yang ada, baik di bidang hukum komunikasi, etika, maupun kode etik profesi (code of proffesion) khususnya profesi kehumasan (public relation ethics), jurnalistik / pers media cetak dan elektronik, periklanan, promosi pemasaran, dan bidang profesi komunikasi lainnya.



Salah satunya adalah KODE ETIK KEHUMASAN INDONESIA – PERHUMAS

Kode Etik ini telah terdaftar sejak tahun 1977 di Departemen Dalam Negri dan Deppen saat itu, dan telah tercatat serta diakui oleh organisasi profesi Humas Internasional, yaitu IPRA.

Dijiwai oleh Pancasila maupun Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan tata kehidupan nasional. Diilhami oleh Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai landasan tata kehidupan internasional. Dilandasi Deklarasi ASEAN (8 Agustus 1967) sebagai pemersatu bangsa-bangsa Asia Tenggara. Dan dipedomi oleh cita-cita, keinginan, dan tekad untuk mengamalkan sikap dan perilaku kehumasan secara professional.

Para anggota Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) sepakat untuk mematuhi kode etik kehumasan Indonesia, dan apabila terdapat bukti-bukti bahwa di antara kami dalam menjalankan profesi kehumasan ternyata ada yang melanggarnya, maka hal itu sudah tentu akan mengakibatkan diberlakukannya tindak organisasi terhadap pelanggarnya.

Pasal 1 Komitmen Pribadi

Anggota Perhumas harus :

a. Memiliki dan menerapkan standar moral serta reputasi setinggi mungkin dalam menjalankan profesi kehumasan;

b. Berperan secara nyata dan sungguh-sungguh dalan upaya memasyarakatkan kepentingan Indonesia;

c. Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antarwarga Negara Indonesia yang serasi dan selaras demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa

Pasal 2 Perilaku terhadap Klien atau Atasan

Anggota Perhumas harus :

a.       Berlaku jujur dalam berhubungan dengan klien atau atasan.

b.      Tidak mewakili dua atau beberapa kepentingan yang berbeda atau yang bersaing tanpa persetujuan semua pihak yang terkait.

c.       Menjamin rahasia serta kepercayaan yang diberikan oleh klien atau atasan maupun yang pernah diberikan oleh mantan klien atau mantan atasan.

d.      Tidak melakukan tindak atau mengeluarkan ucapan yang cenderung merendahkan martabat, klien atau atasan , maupun mantan klien atau mantan atasan.

e.      Dalam memberi jasa-jasa kepada klien atau atasan, tidak akan menerima pembayaran, komisi, atau imbalan dari pihak manapun selain dari klien atau atasannya yang telah memperoleh penjelasan lengkap.

f.        Tidak akan menyarankan kepada calon klien atau calon atasan bahwa pembayaran atau imbalan jasa-jasanya harus didasarkan kepada hasil-hasil tertentu, atau tidak akan menyetujui perjanjian apapun yang mengarah kepada hal yang serupa

Pasal 3 Perilaku terhadap Masyarakat dan Media

Pada pasa 3 Anggota Perhumas harus :

a.       Menjalankan kegiatan profesi kehumasan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat serta harga diri anggota masyarakat.

b.      Tidak melibatkan diri dalam tindak untuk memanipulasi integritas sarana maupun jalur komunikasi massa.

c.       Tidak menyebar luaskan informasi yang tidak benar atau yang menyesatkan sehingga dapat menodai profesi kehumasan.

d.      Senantiasa membantu penyebarluasan informasi maupun pengumpulan pendapat untuk kepentingan Indonesia.

Pasal 4 Perilaku terhadap Sejawat

Praktisi kehumasan Indonesia harus :

a. Tidak dengan sengaja merusak dan mencemarkan reputasi atau tidak professional sejawatnya. Namun, bila ada sejawat yang bersalah karena melakukan tindak yang tidak etis, yang melanggar hukum, atau yang tidak jujur, termasuk melanggar kode etik kehumasan Indonesia, maka bukti-bukti wajib disampaikan kepada Dewan Kehormatan Perhumas.

b. Tidak menawarkan diri atau mendesak klien atau atasan untuk menggantikan kedudukan sejawatnya.

c. Membantu dan bekerja sama dengan para sejawat di seluruh Indonesia untuk menjunjung tinggi dan mematuhi kode etik kehumasan Indonesia ini.


 MATERI TAMBAHAN BLOG TUTOR (Rostini Anwar., M.I.Kom)

HUMAS SESI 7 


TEKNIK KOMUNIKASI HUMAS 

·         Tugas utama seorang praktisi humas adalah berkomunikasi.
·    Seorang praktisi humas harus mampu menyajikan informasi yang menarik, jelas, dan efektif kepada public, praktisi humas harus mampu mendengar respons public terhadap apa yang sudah disampaikannya.
·         Komunikasi dengan berbagai public yang dilakukan oleh petugas humas sebagai wakil organisasi.

B.    1. Teknik Komunikasi Lisan
·      Teknik komunikasi lisan dengan melakukan presentasi.
Dalam mempersiapkan presentasi, seorang praktisi humas perlu mempertimbangkan tiga hal utama, yakni khalayak atau audiens, tujuan atau maksud presentasi dan pesan yang akan disampaikan dalam presentasi.
Te  2. Teknik Hubungan Media.
·  Media massa merupakan saluran komunikasi yang dapat digunakan oleh praktisi humas untuk menyampaikan pesan-pesan dari lembaga kepada public.
3.    3. Teknik-teknik Membina Hubungan dengan Pers.
·       Membuat siaran dengan pers (pers release).
keterampilan untuk bisa menulis berita ada 6 dasar dalam penulisan berita yang harus ada, yakni 5W+1H.
·     Konferensi pers atau temu pers sangat disarankan apabila memiliki program baru dan kegiatan ilmiah yang harus diketahui public.
Teknik Penulisan dalam Berita Humas, praktisi humas harus mampu menilai kelayakan berita. 6 (enam) pokok yang harus diperhatikan dalam menulis berita : Susunan kalimat, isi penulisan berita, bobot, karakter, dan kandungan isi berita .


Para profesional dan praktisi PR dalam menjalankan fungsinya menggunakan berbagai (mereka menyebutnya publik relations tool dan kadang-kadang ada yang menyebutnya public relations techniques). Beberapa di antaranya bersifat tradisional seperti brosur, newsletter, dan memo perusahaan. Ada beberapa sarana spesifik, khususnya yang digunakan untuk mencapai publik eksternal.

Press Release atau News Release

Pres release atau news release atau siaran pers adalah naskah kisah berita yang disiapkan oleh praktisi PR atau agensi anda dan kemudian dikirimkan ke media.

Feature Release

Feature release hampir sama dengan press release. Bedanya hanyalah pada aspek atau gaya atau cara penyajiannya yang mengutamakan kisah atau narasi penuturan yang dimaksudkan untuk menyentuh atau menarik (human touch atau human interest)

Video News Release

video news release adalah news release yang dikemas dalam format video. informasi-informasi penting tak jarang kurang menarik dan efektif kalau langsung disodorkan adalam bentuk rekaman audio visual.

Artikel

Di sini artikel yang dimaksud adalah artikel sebagai saran PR. Majalah atau koran biasanya mencari artikel yang bagus dengan isi yang baru dan eksklusif. Artikel opini yang ditulis berdasarkan informasi dari dalam (insider informations) akan menarik, apabila ia mampu menyajikan perspektif yang baru untuk memecahkan suatu masalah. Anda bisa membuat artikel yang elegan untuk menunjukan posisi klien atau lembaga anda mengenai suatu isu yang terkait dengan komunitas atau kebijakan publik. Bukankah ini berarti juga sebuah strategi pencitraan?

Press Kit atau Media Kit

Jika release berita anda perlu didukung dengan informasi tambahan seperti bantuan visual, materi sebagai latar belakang (biasa disebut background material), atau jika anda ingin memberi informasi yang lebihpenting bagi suatu kisah khusus, inilah saatnya anda perlu menyiapkan press kit atau media kitPress kit biasanya memuat hal-hal yang terkait secara erat dengan berita anda. Press kit bisa berupa sampel produk anda, videotapeaudiocassette, cd atau vcd, buku atu poster, contoh iklan, lembar fakta atau segala hal yang dianggap bakal menarik bagi redaktur, dan terutama yang bisa menjadi nilai tambah untuk bahan berita. Karena itu press kit sangat penting disiapkan dalam konfrensi pers.

Disadari atau tidak, banyak kisah berita dikembangkan dari informasi yang disuplai oleh agen PR. Dalam bukunya PR : how the Public Relations Industry Writes The News, Jeff dan Marie Blyskal memperkirakan bahwa 40 – 50 persen dari semua kisah berita berasal dari firma PR

Surat menyurat langsung

Surat menyurat langsung dibutuhkan untuk membangun hubungan yang baik dengan lembaga atau publik, yang terkait dengan klien atau lembaga anda. Surat bisa dilakukan lewat e-mail atau surat dalam arti konvensional, yang terpenting bagaimana corporate relations dan community relations tetap selalu terpelihara. (subandy Ibrahim,2007: 69-71)





Minggu, 25 Oktober 2020

 MATERI TAMBAHAN TUTOR UT (Rostini Anwar., M.I.Kom)

HUMAS SESI 6


KONSEP PERSUASI  

 Pengertian persuasi adalah sebuah bentuk komunikasi yang bertujuan untuk memengaruhi dan meyakinkan orang lain. Dalam persuasi, seorang persuader dianggap berhasil jika ia mampu memengaruhi kepercayaan dan harapan orang lain setelah ia melakukan ajakan dengan cara memaparkan berbagai alasan dan prospek-prospek baik dari sebuah barang atau sebuah kondisi.

Beberapa orang masih sulit membedakan antara persuasi dan propaganda. Padahal, persuasi beda dengan propaganda. Persuasi adalah sebuah tindakan membujuk secara halus. Artinya, tidak ada unsur paksaan dalam persuasi. Pengertian ini tentunya beda dengan propaganda yang dapat dipahami sebagai tindakan untuk memengaruhi pikiran dan pendapat orang lain dengan memberikan informasi yang subjektif, manipulatif, dan cenderung menyesatkan.

Persuasi melarang keras persuader untuk melakukan kebohongan. Ketika melakukan persuasi terhadap orang lain, seorang persuader harus menyampaikan fakta secara terbuka, tanpa ada satu pun hal yang ditutup-tutupi. Point utama dari persuasi adalah menonjolkan kelebihan tanpa harus menutupi kekurangan. Sehingga orang yang sedang dipersuasi akan mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu hal sekaligus, namun tetap melihat kelebihan hal tersebut sebagai sesuatu yang lebih menonjol.


 

Ruang Lingkup Komunikasi Persuasif

Di dalam komunikasi persuasif, terdapat beberapa ruang lingkup yang di antaranya sebagai berikut:
  1. Komunikator/Sumber pesan atau informasi.
  2. Content of the communication/pesan yang disampaikan. Pesan yang disampikan ini bisa berupa:
    • Motivating Appeals (pesan yang mendorong, membangun, dan memotivasi).
    • Organization of persuasive arguments (pesan yang mengandung argumen atau opini).
  3. Audience Predispositions/komunikan atau individu yang menerima pesan.
    • Group conformity motives/penerima pesan bisa berupa grup atau organisasi.
    • Individual personality factors/penerima pesan sebagai individu.
  4. Media sebagai perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan.
  5. Responses, yang merupakan tangapan dari seorang komunikan terhadap pesan yang disampaikan.
  6. Konteks situasional. Ruang lingkup inilah yang merupakan suasana atu situasi yang ad ketika pesan disampaikan.       

STRATEGI PERSUASI YANG EFEKTIF

Dalam melakukan persuasi, kita harus tahu berbagai strategi yang diperlukan supaya persuasi yang kita lakukan menjadi lebih efektif. Sebenarnya ada berbagai teori mengenai strategi persuasi yang tepat, namun kali ini kita hanya akan membahas strategi persuasi umum yang sangat tepat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, persuasi tidak hanya diperlukan oleh orang yang berprofesi sebagai sales ataupun bekerja di bidang marketing. Persuasi juga diperlukan oleh manusia dalam berbagai aspek kehidupannya supaya dapat dengan mudah membuat orang lain percaya dan yakin terhadapnya.

Beberapa strategi persuasi yang perlu diperhatikan yakni:

1. Kesan Pertama

You’ll never have a second chance to create a good first impression. Kesan pertama hanya bisa dihadirkan satu kali, karenanya seseorang harus bisa menciptakan kesan pertama yang baik bagi orang yang ditemuinya. Kesan pertama merupakan faktor yang sangat penting dalam komunikasi persuasif. Kesan yang dimunculkan komunikator dalam perjumpaan pertamanya dengan komunikan akan sangat memengaruhi bagaimana komunikan dapat menerima pesan persuasi yang disampaikan oleh komunikator.

Umumnya, kesan pertama didapatkan komunikan dari berbagai panca indera yang ada pada dirinya. Misalnya, melalui indera penglihatan, komunikan akan dapat menangkap kesan pertama komunikator dari penampilan wajah, pakaian, hingga tatanan rambutnya. Contohnya, seorang dokter yang berbicara dalam seminar kesehatan akan lebih dipercaya oleh para audiences jika ia memiliki penampilan yang rapi dibandingkan penampilan yang berantakan. Hal ini disebabkan karena penampilan yang rapi cenderung memberikan kesan sehat dibandingkan penampilan yang berantakan.

Indera lain yang seringkali memengaruhi kesan pertama komunikan terhadap komunikator adalah indera penciuman. Contohnya, seorang sales parfum akan lebih dipercaya oleh kliennya jika ia memiliki aroma tubuh yang wangi. Jika seorang sales parfum memiliki bau badan yang tidak sedap, calon kliennya pasti akan meragukan kualitas produk yang ia jual, meskipun belum tentu sang sales menderita bau badan akibat dari produk yang dijualnya tersebut.

Selain hal-hal bersifat fisik, kesan pertama biasanya dipengaruhi juga oleh gesture yang ditunjukkan oleh komunikator. Komunikator yang tampil rileks, percaya diri, dan murah senyum pastinya akan lebih dihargai dibandingkan komunikator yang menampilkan kesan sebaliknya.

2. Menarik Empati

Seorang komunikator yang baik adalah komunikator yang mau mendengarkan. Dengan mendengarkan, seorang komunikator akan tahu bagaimana karakteristik, keluhan, dan kebutuhan komunikan. Komunikator yang memahami komunikan akan lebih mampu memengaruhi emosi dan alam bawah sadar komunikannya. Sebagai akibatnya, komunikan akan melihat komunikator sebagai seorang yang benar-benar peduli pada permasalahan dan kebutuhan-kebutuhannya serta dapat diandalkan untuk memberikan solusi dari problema yang dihadapi oleh komunikan tersebut.

3. Membangun Kredibilitas

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kredibilitas mengacu pada tiga komponen yakni keahlian, kepercayaan, dan eksistensi. Untuk bisa membangun kredibilitas, seorang komunikator harus bisa mengembangkan tiga komponen tersebut. Untuk membangun kredibilitas, langkah pertama seorang komunikator adalah mengembangkan keahlian. Jika komunikator menjadi seorang yang lebih ahli dalam suatu bidang, maka komunikan akan bisa lebih terpengaruh ketika sang komunikator melakukan persuasi terkait bidang keahliannya tersebut.

Seorang komunikator juga harus bisa mengembangkan rasa kepercayaan komunikan, caranya adalah dengan memperbaiki watak dan sikapnya terlebih dahulu. Komunikator yang memiliki watak baik akan dipandang dan dinilai lebih positif oleh komunikan. Langkah terakhir dalam membangun kredibilitas adalah dengan menambah eksistensi diri. Seorang komunikator harus mempertimbangkan untuk menjadi sosok yang lebih sering muncul dalam dunia sang komunikan. Kemunculannya ini dapat dilakukan secara langsung maupun melalui channel tertentu seperti media sosial.

4. Memotivasi

Strategi terakhir yang bisa dilakukan seorang komunikator untuk mempersuasi komunikan adalah dengan menerapkan teknik motivasi. Umumnya, teknik motivasi yang mendasar adalah dengan menggunakan kompensasi dan insentif. Melalui teknik ini, komunikator dapat menciptakan “perasaan berhutang” pada diri komunikannya. Komunikan yang telah mendapatkan banyak hal dari komunikator, secara otomatis akan merasa berkewajiban untuk membalasnya.

Insentif yang diberikan oleh seorang komunikator kepada komunikannya dapat berbentuk apa saja. Mulai dari hadiah, mentraktir makanan, atau bahkan waktu yang diberikan komunikator untuk sekadar mendengarkan keluhan-keluhan komunikan. Melalui strategi ini, komunikan biasanya akan mau menuruti harapan komunikator tanpa perlu lagi dipaksa.

 

 

 

Rabu, 21 Oktober 2020

 MATERI TAMBAHAN TUTOR UT (ROSTINI ANWAR., M.I.Kom)

HUMAS SESI 5 


PROSES KERJA HUMAS 

umas memang tidak dapat menghindari posisinya yang berada di antara publik internal dan juga eksternal. Maka, humas harus mampu membentuk hubungan yang harmonis dengan publik internal maupun eksternal.

Untuk hubungan dengan publik internal dikenal dengan istilah internal relations ketika semua aktivitas humas  ditujukan kepada publik internal yang terdiri dari orang-orang yang terkait langsung di perusahaan yaitu karyawan, keluarga karyawan, pemegang saham sampai eksekutif puncak.

Adapun external relations adalah aktivitas yang ditujukan kepada pihak eksternal seperti kalangan pers, Pemerintah, dan masyarakat di luar perusahaan yang memerlukan informasi atau penerangan melalui aktivitas publisitas oleh Humas.

Ada empat langkah dan proses yang lazim dilakukan humas dalam melaksanakan kegiatannya (Cutlip, dkk, Ibid., 1982, h 169). Adapun keempat kegiatan tersebut adalah:

1. Fact Finding and Feedback (Riset Penemuan Fakta)
Pada tahapan ini dilakukan penemuan fakta di lapangan atau hal-hal yang berkaitan dengan opini, sikap, dan reaksi publik dengan kebijaksanaan pihak organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Setelah menemukan fakta di lapangan, maka data, fakta, dan informasi tersebut dievaluasi untuk dapat dijadikan pedoman pengambilan keputusan berikutnya.

Pada tahapan ini yang paling diperlukan adalah kepekaan humas dalam mendengarkan dan menemukan fakta yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan atau organisasi. Tahap ini juga dinamakan tahapan analisis situasi.

 Dalam fase pencarian dan penemuan data atau fakta ini, maka konsultan Public Relations dituntut untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :

  • Selalu memperhatikan berbagai kejadian atau perkembangan sosial, politik dan juga ekonomi yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi organisasi atau perusahaan.
  • Mengumpulkan berbagai macam data untuk diolah menjadi informasi.
  • Menganalisis informasi itu agar sesuai dengan keperluan organisasi atau perusahaan.
  • Selalu siap menyajikan berbagai informasi secukupnya kepada setiap unit organisasi atau perusahaan.
  • Menyempurnakan segala macam informasi yang dirasa masih kurang lengkap atau memadai.
  • Melengkapi simpanan data-data dan informasi, antara lain dengan menyelenggarakan dokumentasi dan mengkliping semua informasi dari media massa yang dianggap (press clipping).

2. Planning and Programming
Tahapan perencanaan dan penyusunan program kerja merupakan upaya yang dilakukan untuk menentukan langkah selanjutnya yang sejalan dengan kepentingan publik.

3. Action and Communicating
Proses ini merupakan tidak lanjut setelah melakukan perencanaan. Humas harus bisa melakukan tindakan berdasarkan rencana matang yang sudah dibuat. Tindakan dilakukan sesuai fakta yang ada sehingga dapat menyampaikan pesan efektif yang bisa mempengaruhi opini publik

 Agar proses komunikasi dapat berjalan dengan baik, maka beberapa hal perlu diperhatikan yaitu kredibilitas, keterkaitan, isi, kejelasan, keberlanjutan dan konsistensi, saluran/media dan kemampuan khalayak. 

 Komunikasi ini terbagi menjadi dua hal yaitu internal dan eksternal. 
  • Internal: Seorang humas penghubung komunikasi dari staf tertinggi sampai terendah agar dapat satu pemikiran atau sepemahaman. 
  • Eksternal: Seorang humas harus bisa sebagai penghubung ke intansi eksternal terkait.

4. Evaluation
Evaluasi merupakan tahap penilaian hasil dari riset awal hingga perencanaan program, serta keefektifan dari proses manajemen dan bentuk komunikasi yang digunakan. Tahapan ini dikatakan sebagai tahap penafsiran hasil kerja.

Keempat tahap di atas sangat penting dilakukan dan saling terkait satu sama lain. Bila terjadi kendala atau ketidakcocokan dan salah penerapan, maka dapat diduga bahwa hasil kegiatan, pelaksanaan program kerja humas sampai penilaian hasilnya tidak signifikan untuk tujuan pengambilan keputusan secara tepat dan benar

 

 

 

 

 

 MATERI TAMBAHAN DARI BLOG TUTOR UT (ROSTINI A., M.I.Kom)

SESI 4 HUMAS 




HUMAS DI BERBAGAI ORGANISASI 

HUMAS UNTUK ORGANISASI BISNIS

 

Organisasi bisnis atau yang bisa juga disebut dengan organisasi profit (profit oriented organization) adalah salah satu bentuk organisasi yang semakin banyak menggunakan jasa humas dalam kegiatannya sehari-hari. Terlebih lagi untuk perusahaan-perusahaan besar dengan jumlah karyawan ribuan atau Perusahaan Multi Nasional yang memiliki sejumlah cabang di luar negeri, perusahaan-perusahaan semacam itu sekarang ini semakin menyadari pentingnya peran humas bagi organisasi.

 

Mengelola perusahaan bisnis di jaman yang semakin kompleks seperti

sekarang ini merupakan sebuah tantangan tersendiri. Seperti yang telah dibahas di Modul 3, sebuah organisasi merupakan sebuah sistem yang kompleks dan rumit dengan segala komponennya. Di jaman yang semakin moderen ini, organisasi bisnis dituntut untuk bisa semakin luwes dalam menyikapi situasi dan kondisi lingkungan sekitar organisasi yang semakin cepat berubah. Publik organisasi bisnis juga semakin lama menjadi semakin kritis, semakin cerdas, serta menuntut kinerja organisasi menjadi semakin profesional. Dalam kondisi semacam ini, organisasi bisnis juga diharapkan semakin peka dengan berbagai macam gejolak yang ada di masyarakat, karena untuk bisa bertahan

menghadapi persaingan dan perubahan yang terus menerus terjadi di sekitar organisasi, organisasi bisnis mau tidak mau harus semakin bisa beradaptasi

serta menyesuaikan diri dengan segala kondisi tersebut.

 

Pada kegiatan belajar 2 ini akan dibahas mengenai berbagai tantangan yang dihadapi oleh organisasi bisnis serta kegiatan-kegiatan humas di organisasi bisnis.

 

Tantangan Organisasi Bisnis

 

Agar sebuah perusahaan bisa terus bertahan, salah satu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh organisasi adalah kemampuan untuk membaca situasi yang sedang maupun akan terjadi yang akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup organisasi. Dengan kata lain, organisasi bisnis yang beroperasi pada masa sekarang ini harus mulai memikirkan sebuah cara bagaimana ia bisa meramalkan bukan saja situasi pasar, melainkan juga perubahan-perubahan serta gejolak-gejolak lain yang terjadi di masyarakat, serta memprediksi bagaimana perubahan tersebut akan berpengaruh pada perusahaan.

 

Kemampuan untuk meramalkan atau memprediksi perubahan yang terjadi di masyarakat merupakan sebuah kemampuan untuk memahami isyu atau trend yang tengah menggejala. Selain itu perusahaan juga diharapkan semakin


 

sensitif didalam menerapkan corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

 

1. Isu, Humas, dan Perusahaan

 

Dalam masyarakat yang terus berubah, manusia dituntut untuk mampu beradaptasi serta membiasakan diri dengan perubahan yang terjadi. Para pakar ilmu sosial menyatakan bahwa manusia yang hidup sejak abad 20 kedepan adalah manusia yang paling banyak serta paling sering mengalami perubahan sosial jika dibandingan dengan manusia yang hidup pada abad-abad sebelumnya. Salah satu pemicunya adalah besarnya penemuan dibidang teknologi yang dihasilkan manusia sejak Revolusi Industri. Sejak saat itu manusia mengalami berbagai macam perubahan sosial yang signifikan dalam hidupnya seperti urbanisasi, depresi ekonomi, dua perang dunia, revolusi sosial seperti gerakan feminisme (kesetaraan jender) dan HAM, serta perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin cepat.

 

Masing-masing perubahan sosial ini memunculkan isyu-isyu sosial serta trend- trend sosial yang harus diwaspadai. Menurut Grunig dan Hunt (1984) isyu adalah, “Topics around which publics are formed.†. Sementara Heath dan Nelson (1986) melihatnya sebagai, “A contestable question of fact, value, or policy.†(dikutip dalam Grunig dan Repper, 1992). Heath (1997)

sendiri berpendapat bahwa isyu merupakan, “Dispute between parties based on gaps in facts, values, or policies.† Dari pendapat yang berbeda-beda

tersebut nampaknya ada satu benang merah yang menghubungkan ketiganya yaitu bahwa isyu yang dimaksud disini lebih dari sekedar rumor atau kabar burung, melainkan lebih pada trend sosial yang tengah menggejala di masyarakat.

 

Steve Mackey (2000) mengakui bahwa isyu sulit untuk didefinisikan karena banyak hal bisa disebut sebagai isyu sosial. Ia menyatakan, “It has to do with the subtle word of people’s ideas and attitudes. Ideas and attitudes which sometimes develop slowly in a society over the years that they are hard

to notice until their effects bite, possibly in the form of new laws or government regulations.†. Dari Mackey kita mendapatkan kata kunci ideas dan attitudes atau ide-ide dan sikap manusia terhadap suatu hal. Heath dan Nelson sebelumnya mengemukakan kata kunci values (nilai-nilai), facts (fakta), dan policies (kebijakan) yang kesemuanya itu masih contestable (bisa

diperdebatkan lagi). Karenanya, mungkin bisa disimpulkan bahwa isyu sosial berkenaan dengan sikap serta berbagai pemikiran yang tumbuh dan beredar di masyarakat. Sikap dan pemikiran tersebut berkenaan dengan hal-hal yang menyangkut nilai-nilai yang dipercaya masyarakat, fakta-fakta yang ada, atau kebijakan-kebijakan yang akan atau tengah dianut di suatu masyarakat.


 

Sebagai contoh misalnya saja isyu tentang HAM atau isyu tentang lingkungan hidup yang semakin lama semakin dianggap penting oleh masyarakat. Isyu tentang HAM yang telah lama beredar berimplikasi pada semakin ketatnya peraturan-peraturan pemerintah tentang ketenagakerjaan, larangan untuk memperkerjakan tenaga kerja dibawah umur, serta persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan akan fasilitas dan kondisi kerja yang memadai dan manusiawi. Isyu tentang lingkungan hidup menyebabkan banyak elemen masyarakat semakin ketat mengawasi kinerja berbagai perusahaan yang ditengarai sebagai penyebab utama banyaknya kasus lingkungan yang berkaitan dengan pencemaran, konservasi alam, dan kerusakan habitat alami mahluk hidup.

 

Pada masa moderen ini perusahaan tidak bisa lagi bersikap kurang peka atau tidak peduli pada isyu-isyu sosial. Dengan semakin kritisnya masyarakat, organisasi-organisasi yang kurang menganggap penting isyu sosial yang tengah beredar di masyarakat bisa mendapatkan konsekuensi yang amat pahit. Hal ini bisa terjadi karena jika sebuah isyu telah mengkristal dan dianggap oleh sebagian besar anggota masyarakat sebagai sesuatu yang memiliki nilai positif yang harus dipertahankan maka pemerintah biasanya akan menyikapi hal tersebut dengan mengeluarkan peraturan atau perundang-undangan baru

tentang hal itu. Salah satu contohnya adalah Undang-Undang tentang

Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang diteken dimasa pemerintahan Megawati. Undang-undang tersebut muncul sebagai bentuk jawaban Pemerintah akan isyu kesetaraan jender yang merebak di masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Demikian pula Undang-undang Perlindungan terhadap Anak, dan lain sebagainya, semua itu bermula dari isyu di masyarkat yang kemudian mengkristal.

 

Mungkin dua contoh diatas kurang ada kaitannya dengan keberadaan perusahaan. Kalau begitu coba kita lihat contoh yang lain. Beberapa waktu yang lalu, surat kabar ramai memberitakan tentang kasus pencemaran lingkungan di Teluk Buyat oleh PT. Newmont. Kasus Newmont tersebut merupakan salah satu contoh ‘nasib’ yang harus dihadapi oleh perusahaan yang kurang sensitif terhadap suatu isyu yang beredar di masyarakat. Kita bisa melihat betapa besar harga yang harus dibayar. Bukan saja dari aspek finansial, tapi yang lebih penting lagi citra dan reputasi perusahaan bisa hancur di mata publiknya. Di negara-negara maju, salah satu dampak yang harus ditanggung oleh perusahaan yang tidak menyikapi isyu sosial secara tepat adalah merosotnya harga saham mereka di bursa efek.

 

Sekarang, apa kaitan antara isyu dan humas? Pada modul 1 telah kita bahas sedikit bahwa salah satu fungsi humas bagi perusahaan adalah sebagai pencari informasi. Pada Modul 3 istilah humas sebagai boundary spanner perusahaan


 

telah kita perkenalkan. Dalam kaitannya dengan isyu, tugas humaslah untuk mencari informasi, mengidentifikasi isyu-isyu yang beredar di masyarakat, menyampaikannya kepada pihak manajemen, serta membuat perencanaan apa yang harus dilakukan perusahaan dalam menghadapi isyu tersebut.

 


5 Contoh Penerapan Humas Sosial Dalam Masyarakat

 

Memiliki tujuan maupun peran yang penting, terdapat pula berbagai macam jenis humas. Salah satu macamnya yang akan dibahas dalam ulasan kali ini adalah Humas Sosial. Humas sosial sendiri merupakan humas yang dibentuk terutama pada berbagai macam organisasi-organisasi sosial yang hadir dalam masyarakat. Biasanya organisasi sosial tersebut juga memiliki peranannya yang signifikan dalam hubungannya dengan masyarakat. Lantas apa saja contoh penerapan humas sosial dalam organisasi sosial tersebut? berikut ini 5 contoh diantaranya:

1 . Humas Penegak Hukum 

 Contoh penerapan yang pertama adalah adanya humas penegak hukum. Dalam prosesnya, humas penegak hukum memiliki fungsi dan peran untuk mendengarkan dan juga tanggap terhadap kepentingan umum, sehingga para penegak hukum dapat membantu masyarakat dengan baik. Ini juga merupakan bagian dari Fungsi Humas dalam lembaga pemerintah. Bahkan dalam menjalankan perannya, humas penegak hukum juga banyak bekerja sama dengan penasihat warga Negara maupun media massa.

 2. Humas Organisasi Keagamaan

Jika diperhatikan, banyak sekali organisasi-organisasi keagamaan yang dibentuk dalam lingkungan masyarakat. Humas organisasi keagamaan memiliki fungsi dan peran yang penting, diantaranya seperti mengurus publikasi, pengumpulan data, hingga juga mengadakan berbagai macam acara dalam masyarakat.

3. Humas dalam Kepolisian

Humas dalam kepolisian juga merupakan salah satu contoh penerapan dari humas sosial, dimana sebenarnya juga merupakan bagian dari humas penegak hukum. Hal ini disebabkan karena kepolisian selalu menjadi perhatian masyarakat, dimana memiliki hubungan yang erat perannya dengan kaum-kaum minoritas, hak warga Negara, ketertiban umum, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu humas dalam kepolisian memiliki peranan yang cukup signifikan terhadap terciptanya kepercayaan dalam masyarakat terhadap penegak hukum dalam suatu negara sesuai dengan tujuan maupun fungsi dari humas secara umum

4. Humas Organisasi Sukarela

Selain organisasi keagamaan, banyak juga ditemui organisasi sukarela dalam masyarakat. Peran humas didalam organisasi sukarela sendiri sangatlah penting, dimana berperan dalam menjaga citra dan mencapai tujuan dari organisasi. Beroperasinya suatu organisasi sukarela tidak lepas dari adanya pengumpulan dana, dimana hal ini akan sangat berkaitan dengan citra organisasi dan publikasi dari organisasi itu sendiri

5. Humas Profesi

Contoh penerapan humas sosial yang terakhir adalah humas profesi. Humas profesi sendiri berkaitan dengan profesi seseorang maupun individu dalam masyarakat. Penerapan humas sosial pada humas profesi sendiri adalah untuk mendapat pengakuan, publikasi, maupun keprofesionalan yang berhubungan dengan apa yang telah dilakukan dan berhubungan dengan kepentingan umum.

 

 




Program Studi Ilmu Perpustakaan FISIP Uncen Gelar Seminar Internasional Bertajuk “Challenges and Developments in Library and Information Sci...