Kamis, 10 September 2020

 

Konsep Dasar Komunikasi Antar Budaya pertemuan 1-2

- Materi ini mohon dipelajari selama 2 pertemuan pada mahasiswa Komunikasi USTJ 

- Minggu ketiga anda akan mendapatkan Tugas 1.


KONSEP DASAR KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

  1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi – informasi dan transportasi memungkinkan manusia seluruh dunia berinteraksi secara intensif. Kontak antarbudaya tak terelakkan. Dunia menjadi apa yang disebut oleh Marshall Mac Luhan sebagai “Global Village”. Kontak antarbudaya ini tidak dengan sendirinya berjalan mulus, karena terdapat perbedaan budaya antara orang-orang yang berinteraksi tersebut. Perbedaan ini meliputi perbedaan bahasa, norma, dan ekspektasi (harapan) sehingga mempersulit komunikasi yang berlangsung antara orang-orang berbeda budaya atau bangsa tersebut.

1.       Mobilitas.
Perjalanan manusia ke berbagai penjuru dunia  dalam kunjungan untuk mengenal daerah baru, budaya-budaya lain, orang-orang yang berbeda, menggali peluang bisnis-ekonomis.

2.     Saling Kebergantungan Ekonomi
·       Banyak negara yang saling menggantungkan dalam hal ekonomi
·       Contoh: Amerika - dalam melakukan ekspansi perdagangan ke negara-negara Eropa ataupun  Asia Timur yang memiliki perbedaaan kultur (Jepang-Korea-Taiwan-China,dll) - bergantung pada kemampuan komunikasi secara efektif
3.     Teknologi Komunikasi
·       Teknologi komunikasi yang pesat membawa kultur lain masuk ke dalam suatu negara
·       Membuat komunikasi antarbudaya menjadi mudah, praktis dan tidak terhindarkan
·       Contoh: film-film seri impor di TV, berita-berita seperti ketegangan rasial, pertentangan agama, diskriminasi seks.
4.     Pola Imigrasi
·       Tugas belajar dari suatu negara
·       Tenaga kerja asing dari suatu negara

5.     Kesejahteraan Politik
·         Kesejahteraan politik suatu negara sangat bergantung pada kesejahteraan politik kultur atau negara lain
·         Contoh: kekacauan politik di belahan dunia lain – Afrika Selatan, Polandia, Timur Tengah, misalnya – juga mempengaruhi keamanan negara kita bahkan negara-negara yang memiliki kepentingan dengan negara tersebut.

6.       Pada dasarnya latar belakang timbulnya Komunikasi Antarbudaya ada tiga faktor yaitu:
·       Kesadaran Internasional (International Awareness)
·       Kesadaran Domestik (Domestic Awareness)
·       Kesadaran Pribadi (Self Awareness)

  1. Arti Penting Mempelajari Komunikasi Antarbudaya
Menurut Litvin, arti penting mempelajari Komunikasi Antarbudaya (1977, Dedy Mulyana, 2001):
1.      Dunia sedang menyusut dan kapasitas untuk memahami keanekaragaman budaya sangat diperlukan
2.      Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilai berbeda.
3.      Nilai-nilai setiap masyarakat se”baik” nilai-nilai masyarakat lainnya.
4.      Setiap individu dan atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri.
5.      Perbedaan-perbedaan individu itu penting, namun ada asumsi-asumsi dan pola-pola budaya mendasar yang berlaku.
6.      Pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai budaya lain.
7.      Dengan mengatasi hambatan-hambatan budaya untuk berhubungan dengan orang lain kita memperoleh pemahaman dan penghargaan bagi kebutuhan, aspirasi, perasaan, dan masalah manusia.
8.      Pemahaman atas orang lain secara lintas budaya dan antarpribadi adalah suatu usaha yang memerlukan keberanian dan kepekaan. Semakin mengancam pandangan dunia orang itu bagi pandangan dunia kita, semakin banyak yang harus kita pelajari dari dia, tapi semakin berbahaya untuk memahaminya.
9.      Pengalaman-pengalaman antarbudaya dapat menyenangkan dan menumbuhkan kepribadian.
10.    Keterampilan-keterampilan komunikasi yang diperoleh memudahkan perpindahan seseorang dari pandangan yang monokultural terhadap interaksi manusia ke pandangan multicultural.
11.    Perbedaan-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan penerimaan dalam komunikasi, namun perbedaan-perbedaan tersebut secara arbriter tidaklah menyusahkan atau memudahkan.
12.    Situasi-situasi komunikasi antarbudaya tidak statis dan bukan pula stereotip. Karena itu, seorang komunikator tidak dapat dilatih untuk mengatasi situasi. Ia harus disiapkan untuk menghadapi suatu situasi eksistensial. Dalam konteks ini kepekaan, pengetahuan dan keterampilannnya bisa membuatnya siap untuk berperan serta dalam menciptakan lingkungan komunikasi yang efektif dan saling memuaskan.
Sejalan dengan kemajuan teknologi komunikasi – informasi yang terus berubah, dunia yang dipenuhi oleh masyarakat manusia yang bersifat mobil dan dinamik, menghadapi situasi-situasi baru dalam konteks apapun dan berjumpa dengan partner-partner komunikasi yang sama sekali belum pernah dikenal maupun terbayangkan sebelumnya, muncul persoalan-persoalan Komunikasi Antarbudaya yang semakin kompleks dan luas, tidak hanya menyangkut nilai-nilai budaya saja tetapi juga aspek-aspek sosial, ekonomi, politik, teknologi dan berbagai aspek lainnya.
Secara umum matakuliah ini membahas permasalahan-permasalahan komunikasi yang berlangsung antara  kelompok-kelompok yang berbeda budaya yang dilakukan dengan berbagai pendekatan yang bersifat interdisipliner yakni bahasa, sosiologi, antropologi, psikologi, dan ilmu komunikasi sendiri.  Pembahasan juga berkisar pada permasalahan komunikasi yang berlagsung di luar batas-batas budaya, baik yang terjadi dalam hubungan antara  kelompok-kelompok etnis (dengan merujuk berbagai kasus yang terjadi di Indonesia) maupun yang terjadi dalam hubungan antarbangsa

C.   Definisi Komunikasi Antarbudaya.
Adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang dari kultur yang berbeda  antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai atau cara berprilaku kultural yang berbeda.

Definisi lain:
a.     Intercultural communication …… the art of understanding and being understood by the audiece of another culture (Sitaram, 1970)
b.     Communication is cultural when occurring between peoples of different culture (Rich, 1974)
c.     Intercultural communication …… communication which occurs under condition of cultural differences-language, values, costumes, and habits (Stewart, 1974)
d.     Intercultural communication ….. interaction between members of differing cultures (Sitaram &Cogdel, 1976)
e.     Intercultural communication is the process of exchange of thoughts and meaning between people of differing cultures (Gerhard Maletzke, 1976)
f.      Intercultural communication …… refers to the communication phenomenon in which participants, different in culture backgrounds, come into direct or indirect contact with one another (Young Yung Kim, 1984)
g.    Dua konsep penting dalam pengertian komunikasi Antarbudaya adalah:
-          Kontak
-          Komunikasi

D.   Hubungan Komunikasi Dan Budaya
·         Asumsi dasar:
-     Komunikasi berhubungan dengan prilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia – manusia lainnya.
-     Pesan - pesan tersampaikan lewat prilaku komunikasi
·         Prilaku dapat disebut pesan jika : dapat diobservasi dan mengandung makna, artinya setiap prilaku yang dapat diartikan adalah suatu pesan
·         Implikasinya?
1.   kata “setiap” menunjukkan – baik verbal/nonverbal – dapat berfungsi sebagai pesan
2.   prilaku mungkin disadari ataupun tidak disadari
3.   prilaku tanpa sengaja memilki potensi komunikasi “we can not not communication”

·         Definisi komunikasi (Samovar, 1997:15) adalah :
1.   proses dinamik transaksional yang mempengaruhi prilaku.
2.   sumber dan penerimanya sengaja menyandikan (to code) prilaku untuk menghasilkan pesan yang disalurkan lewat media (channel)
3.   guna merangsang atau memperoleh sikap atau prilaku ttt.
·         Delapan Unsur Komunikasi Yang Disengaja:
1.   Source (sumber)                  : individu yang mempunyai suatu kebutuhan untuk berkomunikasi
2.   Encoding (penyandian)     : kegiatan internal seseorang untuk memilih dan merancang prilaku verbal dan nonverbalnya yang sesuai dengan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis guna menciptkan pesan.
3.   Message (pesan)                  : sesuatu yang harus sampai dari sumber ke penerima bila sumber bermaksud mempengaruhi penerima.
4.   Channel (saluran)                                : alat fisik yang memindahkan pesan dari sumber ke penerima.
5.   Receiver (penerima)            : orang yang menerima pesan dan sebagai akibatnya menjadi terhubungkan dengan sumber pesan.
6.   Decoding (penyandian balik): proses internal penerima dan pemberian makna kepada prilaku sumber yang mewakili persaan dan pikiran sumber.
7.  Receiver response (respons penerima) : Respon minimal dan Respon maksimal
8.  Feedback (umpan balik)     : informasi yang tersedia bagi sumber yang memungkinkannya menilai keefektifan komunikasi yang dilakukannya untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian atau perbaikan-perbaikan dalam komunikasi selanjutnya.
·         Ciri Komunikasi Sebagai Proses:
1.   Dinamik, suatu aktivitas yang terus berlangsung dan selalu berubah
2.   Interaktif, komunikasi terjadi antara sumber dan penerima
3.   Irreversible, pesan yang didekodekan dalam proses komunikasi tidak dapat ditarik kembali dan tidak tanpa berpengaruh tetapi efek pertama yang tidak dapat ditiadakan.
4.   Konteks fisik dan konteks sosial.

·         Jadi :
-     komunikasi manusia tidak terjadi dalam “ruang hampa” sosial, tetapi komunikasi merupakan suatu tindakan-tindakan sosial yang rumit dan saling berinteraksi serta terjadi dalam suatu lingkungan sosial yang kompleks.
-     Lingkungan sosial merefleksikan bagaimana orang hidup, bagaimana orang berinteraksi dengan orang lain.
-     Lingkungan sosial adalah budaya, untuk memahami komunikasi harus memahami budaya.

·         Komunikasi Adalah Budaya Dan Budaya Adalah Komunikasi? “Komunikasi Dapat Mengubah Budaya”
-        Enkulturasi : Proses pen-transmisi-an suatu kultur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
-        Akulturasi   : proses modifikasi kultur melalui kontak atau pemaparan secara langsung  dengan kultur lain – misalnya melaui media massa.

·         Melalui pengaruh budaya manusia belajar komunikasi.
·         Inti Komunikasi adalah persepsi  yaitu :
-        Proses internal yang dilakukan untuk memilih, mengevaluasi, dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal (Samovar,1993:27)
-        Cara organisme memberi makna (John R.Wenburg dan William W.Wilmut, 2000: 167)
-        Proses menafsirkan informasi indrawi (R.F.Verderber, 2000:167)
-        Interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif objek eksternal; pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di luar sana (J.Cohen, 2000: 167)

·         Inti persepsi adalah penafsiran (interpretasi)

·         Tiga aktivitas dalam persepsi (kenneth k. Sereno):
1.     Seleksi, meliputi sensasi dan atensi
2.     Organisasi          
3.     Interpretasi          


E.  Hambatan Komunikasi Antarbudaya:
·         Hukum Murphy: “Jika Sesuatu Bisa Salah, Dia Akan Salah”. Karenanya perlu mengenali beberapa hambatan dalam komunikasi antarbudaya. Tujuannya yakni dapat membantu kita menghindari atau menanggulangi akibat-akibat yang negatif.

·         Ada beberapa hambatan komunikasi antarbudaya (Barna, 1988; Ruben,1985) yakni:
1.          Mengabaikan Perbedaan Antara Anda dan Kelompok yang Secara Kultural Berbeda.
Semua diasumsikan bahwa “yang ada” hanya kesamaan, artinya semua manusia itu sama. Ini tidak benar.Ingat hipotesis Sapir-Whorf tentang  relativitas bahasa
Contoh: 
Orang Amerika yang mengundang rekan sekerjanya dari Filipina untuk makan malam di rumahnya. Namun orang Filipina menolak undangannya. Menurut orang Filipina undangan makan malam orang Amerika itu tidak tulus. Baru kalau dia sudah mengajaknya beberapa kali, menurut budaya Filipina, ajakan itu merupakan sesuatu yang tulus. Bagaimana menurut orang Amerika? Ajakan pertama tersebut, jika tidak mau akan dianggap sebagai prilaku yang egois dan tidak bersahabat.

2.          Mengabaikan Perbedaan Antara Kelompok Kultural yang Berbeda.
·         Setiap kelompok Kultural memiliki perbedaan yang penting. Suku Dayak memiliki budaya yang berbeda dengan budaya suku Madura. Begitu juga suku budaya Jawa berbeda dengan budaya Sunda, Padang, etc. Bila Mengabaikan Perbedaan? Terjebak dalam Stereotipe.
Contoh: Konsep “tanah” : (Dayak) “Tanah adalah Hidup dan Mati” (Madura) “Tanah adalah milik Tuhan.” Jadi dimanapun manusia Madura berada boleh menempati, (Bali) “Jual tanah buat beli Bakso – (Jawa) “Jual Bakso buat beli tanah”
·         konsep tersebut tidak sinkron
·         timbul arogansi masing-masing suku (etnosentris yang berlebihan)
·         Ingat pribahasa yang mengatakan “ Dimana tanah dipijak, di situ langit dijunjung” artinya kita harus mengikuti dan menghormati adat – istiadat negeri setempat.

3.       Mengabaikan Perbedaan dalam Makna (Arti)
·         Makna tidak hanya terletak pada kata-kata yang digunakan tetapi tetapi pada orang yang menggunakan kata-kata itu.
Contoh : kata “makan malam” bagi petani miskin akan berbeda makna bagi eksekutif puncak dalam perusahaan. Kata “agama” juga memiliki makna yang berbeda bagi pemeluk agama Islam dan bagi seorang Atheis.
·         Bahasa Nonverbal memiliki perbedaan makna yang sangat besar.
Contoh :
“bertepuk tangan di atas kepala” (Amerika) : menyatakan kemenangan, (Rusia) : menyatakan persahabatan
“mengangkat dua jari membentuk V” (Amerika) : kemenangan, (Amerika Selatan) : cabul

4.       Melanggar Adat Kebiasaan Kultural.
·           Setiap kultur memiliki aturan komunikasi sendiri-sendiri.
·           Aturan itu menetapkan prilaku-prilaku komunikasi yang boleh ataupun yang tidak boleh.
·           Contoh : dalam kultur Amerika seseorang harus membuat janji kencan dengan teman kencannya antara dua atau empat hari sebelumnya. Di negara Asia, seseorang mungkin perlu memberitahu orang tua teman kencan dalam beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan sebelumnya.

5.       Menilai Perbedaan Secara Negatif.
·         Perbedaan kultur tidak boleh dinilai sebagai suatu yang negatif (Labarre, 1964)
·         Contoh : - meludah di tempat umum,
   bagi kebanyakan kultur Barat : tanda penghinaan dan ketidaksenangan
   bagi suku di Afrika                     : tanda afeksi
   bagi suku Indian di Amerika    : isyarat keramah-tamahan.
   bagi orang Indonesia?


6.       Kejutan Budaya. (Shock Culture)
·      Yaitu reaksi psikologis yang dialami seseorang karena berada di tengah suatu kultur yang berbeda dengan kulturnya sendiri
·      Bersifat normal
·      Faktor : kultur baru dan berbeda, perasaan terasing, menonjol, dan berbeda dari yang lain
·      Orang yang mengalami kejutan budaya karena tidak memahami beberapa hal mendasar yakni tentang:
1)    bagaimana minta tolong atau memberikan pujian kepada seseorang
2)    bagaimana menyampaikan atau menerima undangan makan malam
3)    seberapa dini atau terlambat datang  memenuhi janji, atau berapa lama harus berada di sana
4)    bagaimana membedakan kesungguh-sungguhan dari senda-gurau dan sopan santun dari keacuh-tak-acuhan
5)    bagaimana berpakaian untuk situasi informal, formal, atau bisnis
6)    bagaimana memesan makan di restoran atau bagaimana memanggil pelayan

·      Tahapan-tahapan dalam Kejutan Budaya (Kalervo Oberg,1960)
1)    Masa Bulan Madu. Pada awal mula merasakan adanya kegembiraan, terpesona dengan kultur yang baru dan masyarakatnya
2)    Krisis. Perbedaan kultur seseorang dengan kultur yang baru menimbulkan masalah.
3)    Pemulihan. Memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk bertindak secara efektif.
4)    Penyesuaian. Dapat menyesuaikan diri dan memasuki kultur baru serta mendapatkan pengalaman baru.

7.     Ethnosentrisme
·      Yakni kecenderungan untuk mengevaluasi nilai, kepercayaan, dan perilaku dalam kultur sendiri sebagai sesuatu hal yang lebih baik, lebih logis, dan lebih wajar ketimbang dalam kultur lain.
·      Memiliki kaitan dengan Seksisme, Rasisme, dan Heteroseksisme.
1)    Seksisme yakni istilah yang dipakai bertautan dengan jenis kelamin.
2)    Rasisme yakni istilah yang mengacu pada ras (bangsa atau suku bangsa) seseorang yang bernada menghina dan merendahakn anggota subkultur yang dilakukan oleh kelompok mayoritas.
3)    Heteroseksisme yakni istilah yang dipakai untuk melecehkan / merendahkan pria homoseks dan wanita lesbian.

8.       Kesadaran (Mindfulness) dan Ketidaksadaran (Mindlesness) (Ellen Langer (1978,1989)
·      Orang dan sistem kultur lain memang barbeda tetapi tidak lebih buruk atau lebih baik daripada sistem yang ada.
·      Interaksi komunikasi dengan orang yang berbeda budaya sering menimbulkan ketidaksadaran diri sehinga bertindak irasional.
·      Bila kesadaran dibangunkan, misalnya dalam diskusi akademis, menimbulkan cara berpikir yang logis dan rasional.
F.   Bentuk-Bentuk Komunikasi Antarbudaya
1.     Komunikasi antarbudaya. Misalnya, antara orang Cina dan Portugis, antara orang Perancis dan orang Norwegia.
2.     Komunikasi antara Ras yang berbeda (komunikasi antarras). Misalnya, antara orang kulit hitam dan orang kulit putih.
3.     Komunikasi antara kelompok etnis yang berbeda (komunikasi antaretnis). Misalnya, antara orang Amerika keturunan Italia dengan orang Amerika keturunan Jerman.
4.     Komunikasi antarkelompok agama yang berbeda. Misalnya, antara orang Katolik Roma dengan Budha, atau antara orang Islam dan orang Yahudi
5.     Komunikasi antarbangsa yang barbeda (komunikasi internasional). Misalnya, antara Amerika Serikat dan Meksiko, atau antara Perancis dan Italia.
6.     Komunikasi antarsubkultur yang berbeda. Misalnya, antara kaum homoseks dan kaum heteroseks, atau antara tunan netra dan tuna rungu
7.     Komunikasi antara suatu subkultur dan kultur dominan. Misalnya, antara kaum homoseks dan kaum heteroseks, atau antara kaum manula dan kaum muda
8.     Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda. Yaitu antara pria dan wanita.
G.   Hakikat Komunikasi Antarbudaya
·            Kultur adalah gaya hidup yang relatif khusus dari suatu kelompok masyarakat – yang terdiri atas nilai-nilai, kepercayaan, artefak, cara berprilaku, serta cara berkomunikasi – yang ditularkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya ( Devito, 1997: 479)
·            Kultur adalah tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, obyek-obyek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok  (Larry A. Samovar & Richard E. Porter,1993:19).
·            Budaya tampak sebagai:        
-         Bahasa
-         Kegiatan dan prilaku
-         Gaya komunikasi
·            Kultur (Kroeber dan Kluckhohn) adalah:
a.   Keseluruhan pola prilaku dan pola untuk mengatur prilaku,
b.   Baik yang terumus secara jelas-jelas maupun yang tidak perlu dinyatakan secara jelas,
c.   Diperoleh dan dipahami serta diteruskan lebih lanjut dengan menggunakan lambang-lambang,
d.   Serta merupakan hasil khusus  yang hanya mungkin dicapai oleh manusia secara berkelompok,
e.    Termasuk hasil pengejawantahannya ke dalam wujud benda-benda buatan.

·            Budaya sebagai pola prilaku, artinya budaya merupakan produk tingkah laku yang dikerjakan secara berulang-ulang dan menjadi seperti teradat.
·            Budaya sebagai pola untuk mengatur prilaku, artinya bahwa budaya itu berupa keseluruhan ketentuan-ketentuan normative yang mensyarati bagaimana tingkahlaku-tingkahlaku yang akan datang harus dikerjakan.

 H.   Tiga Dimensi Komunikasi Antarbudaya.
1.       Tingkat Masyarakat Kelompok Budaya  Dari Para Partisipan.
Dimensi ini menunjukkan bahwa kebudayaan merupakan istilah yang merujuk pada berbagai macam tingkat lingkupan dan kompleksitas organisasi sosial. Istilah kebudayaan mencakup beberapa pengertian, yaitu:
·         Kawasan-kawasan di dunia, misalnya budaya timur, budaya barat.
·         Subkawasan-kawasan di dunia, misalnya : budaya Amerika Utara, budaya Asia Tenggara.
·         Nasional / negara, misalnya : budaya Indonesia, budaya Perancis, budaya Jepang.
·         Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti: budaya orang Amerika Hitam, budaya Amerika Asia, budaya Cina-Indonesia.
·         Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin, kelas sosial, coundercultures (budaya Hippis, budaya orang di penjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan

2.       Konteks sosial (ranah) tempat terjadinya Komunikasi Antarbudaya
Konteks sosial KAB dapat meliputi: bisnis, organisasi, pendidikan, akulturasi imigran, politik, penyesuaian pelancong/pendatang sementara, perkembangan alih teknologi/pembangunan//difusi-inovasi, dan konsultasi terapis. Dalam hal ini, konteks sosial khusus tempat terjadinya KAB memberikan para partisipan hubungan-hubungan antarperan, ekspektasi-ekspektasi, norma-norma, dan aturan-aturan tigkah laku yang khusus.

3.       Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan Komunikasi Antarbudaya (verbal - non-verbal)
Dimensi ini menunjukkan tentang saluran yang digunakan dalam komunikasi antarbudaya. Secara garis besar, saluran komunikasi dapat dibagi menjadi:
·         Saluran antarpribadi/perorangan
·         Media massa.




L.   Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya
 1.    Relativitas Bahasa
·            Menyatakan bahwa bahasa dan karakteristiknya mempengaruhi pemikiran (kognisi) dan prilaku manusia. Artinya, bahasa-bahasa di dunia yang memiliki perbedaan karakteristik semantik dan struktur akan mempengaruhi cara pandang dan berpikir yang barbeda pula pada seseorang tentang dunia.
·            Contoh, orang Inggris hanya mengenal istilah Coconut  untuk menyebut “kelapa” sedangkan orang Jawa memiliki sebutan yang barbeda-beda dalam menyebut “kelapa” jika  dilihat dari bentuk yang paling kecil sampai ke yang paling besar. Kelapa yang masih berbunga disebut “manggar”, kelapa yang masih kecil disebut “cengkir”, kelapa yang masih muda disebut “degan” dan yang sudah tua disebut “kelapa”. Nuansa-nuansa perbedaan nama dalam budaya Jawa inilah barangkali yang tidak terekam oleh budaya Inggris.
·            Oleh karena itu perbedaan bahasa dalam berkomunikasi tidak harus menghentikan komunikasi antarbudaya yang efektif. Perbedaan bahasa itu tidak harus mengakibatkan perbedaan Persepsi, Pemikiran, dan Prilaku.
·            Teori Relativitas bahasa ini disebut juga sebagai  Hipotesis Sapir-Whorf, Tesis Whorfian
·            Tokoh: Benjamin Lee Whorf dan Edward Sapir

2.   Bahasa Sebagai Cermin Budaya.
·            Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin besar perbedan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal.
·            Makin besar perbedaan budaya antarbudaya (dan karenanya makin besar perbedaan komunikasi) maka makin sulit komunikasi itu dilakukan. Kesulitan itu dapat mengakibatkan, misalnya , lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing)
·            Mengurangi hambatan: diperlukan teknik khusus untuk menanganinya (lihat: “Pintu Masuk Komunikasi Antarbudaya:)

3.   Mengurangi Ketidakpastian.
·         Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar ketidapastian dan ambiguitas dalam komunikasi (Berger & Bradac,1982; Gudykuns, 1989). Oleh karenaya harus diupayakan untuk mengurangi ketidakpastian dan ambiguitas .
·         Contoh: HAM (AS) : daging babi, (Ind)  : Hak Asasi Manusia.

4.   Kesadaran  Diri Dan  Perbedaan Antarbudya
·         Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi (Gudykuns,1989; Langer, 1989)
·         Memiliki konsekuensi positif dan negatif.
·         Positif: kesadaran diri membuat seseorang lebih waspada serta mencegah hal-hal yang tidak peka atau tidak patut.
·         Negatif : terlalu berhati-hati, tidakn spontan, kurang PD (percaya diri).

5.   Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya
·         Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang ke tingkat pentingnya ketika hubungan menjadi lebih akrab (Altman & Taylor,1973; Gudykuns,1989)
·         Adanya kemungkinan salah  persepsi dan salah menilai orang lain yang disebabkan oleh faktor:
-            terbatasnya informasi.
-            Prasangka dan bias yang berpadu dengan ketidakpastian yang berlebihan

6.   Memaksimalkan Hasil Interaksi (Sunnafrank, 1989)
·         Tiga konsekuensi implikasi penting bagi komunikasi antarbudaya:
-          Selektivitas berinteraksi. Adanya kecenderungan berafiliasi dengan teman yang memiliki banyak persamaan sifat ketimbang dengan yang barbeda
-          Bila positif, akan meningkatkan komunikasi; namun bila negatif akan berusaha untuk mengurangi dan menghindari dalam komunikasi.
-          Prediksi terhadap prilaku yang dapat memberikan hasil positif (pilihan topik pembicaraan, posisi yang dapat diambil, prilaku nonverbal yang ditunjukkan, frekuensi pembicaraan yang dilakukan).

M.   Corporate Culture Dalam Budaya Komunikasi
·       Budaya organisasi (corporate culture) muncul tahun 1990-an, karena adanya kesadaran bahwa kerangka kerja  organisasi seperti teknologi, sistem, struktur , strategi, gaya kepemimpinan, dan karyawan tidak dapat dipisahkan dari landasan nilai-nilai yang hidup dan dihayati. Artinya, rasionalitas organisasi dalam mengejar tujuan bersama tidak melepaskan nilai-nalai martabat manusia.
Contoh:  otomotif jepang  di tahun 1970-an mengungguli otomotif made in amerika. Hal ini dipicu karena adanya kesadaran tentang pentingnya nilai-nilai martabat manusia bagi orang jepang meskipun dari segi teknologi, struktur organisasi, dan sistem kerja, dan insentif ekonomi sama.

·       Apa itu  corporate communication (budaya organisasi)?
Pola asumsi-asumsi dasar bentukan, temuan, atau pengembangan oleh suatu kelompok orang yang telah bekerja dengan cukup baik untuk mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal meupun integrasi internal sehingga dianggap perlu untuk diajarkan juga kepada para anggota baru sebagai cara yang benar dalam memandang, berpikir,  dan merasa tentang masalah-masalah yang dihadapinya. (edgar schein,1985:9)

·       Ada 6 ciri budaya organisasi:
1.   Merupakan hasil belajar dalam pergaulan sosial dan tidak ada hubungannya dengan keturunan atau ciri-ciri biologis.
2.   Merupakan sistem nilai yang dianut dan dihayati bersama oleh segenap anggota kelompok sosial.
3.   Hidup dari generasi ke genarasi
4.   Mengandung sifat simbolik dan muncul atas dasar kemampuan orang-orang dalam menciptakan lambang yang mengandung nilai,
5.   Menunjukkan pola, keteraturan, dan terintegrasi sebagai suatu kebulatan’
6.   Mempunyai kemampuan adaptif atau dapat berubah karena merupakan manifestasi dari mekanisme adaptasi dengan lingkungan.

·       Dalam organisasi bisnis apapun, kegagalan dapat terjadi pada sistem lapisan manapun. Hal ini dikarenakan adanya budaya kuat maupun budaya lemah dalam sistem budaya masing-masing organisasi.

·       Pembedaan budaya kuat dan budaya lemah didasarkan pada jumlah anggota organisasi yang menerimanya serta pendalaman / intensitas penghayatan tentang norma-norma atau kaidah-kaidah  yang menjadi anutan. Intensitas penghayatan budaya organisasi menunjukkan penerimaan secara utuh  dan konsisten lapisan unsur budaya baik secara internal maupun secara eksternal. Intensitas penghayatan seseorang dalam organisasi semakin mendalam bila mana pimpinan menunjukkan komitmen secara penuh. Sehingga budaya yang kuat dap[at mempengaruhi perilaku semua karyawan di semua lini dalam organisasi.

·       Tiga unsur budaya dalam masyarakat yang bersifat universal:
1.   Norma-norma atau nilai-nilai yang bersifat abstrak
2.   Perilaku (baca: perilaku simbolik termasuk interaksi komunikasi)
3.   Artefak (benda-benda fisik)

·       Kedangkalan penghayatan budaya di kalangan anggota dalam suatu organisasi bersumber pada dua faktor:
1.   Kepentingan terpendam  merupakan budaya bawah tanah/terpendam (latent culture)
2.   Komitmen pimpinan yang telah kehilangan kepekaan relaitas tentang perubahan-perubahan yang tengah terjadi baik dalam lingkungan bisnis, lingkungan luar, maupun lingkungan kerja karena akal budinya mengalami kekacauan psikologis (psychological disorders)
                         


                                                                                                                                                         
      N.  Pedoman Komunikasi Antarbudaya Yang Efektif
·       Menghindari Hambatan; saran yang penting adalah:
1.     Menyadari perbedaan kultur masing-masing individu.
2.     Bila ragu, bertanyalah;
3.     Jangan mengasumsikan kesamaan;
4.     Tetapi pada waktu yang sama, menyadari manfaat mencari kesamaan dan menekannya pada saat berkomunikasi
5.     Menyadari bahwa setiap kelompok apapun memiliki perbedaan.
6.     Tidak bersikap stereotype dan  terlalu menggeneralisasi
7.     Tidak mengasumsikan bahwa perbedaan dalam satu kelompok tidak penting.
8.     Yang perlu diingat bahwa setiap makna itu berada pada orang dan bukan pada kata-kata atau gerak-gerik.
9.     Periksalah makna yang diberikan (oleh Komunikator) dengan maksud lawan bicara.
10. Pastikanlah bahwa setiap kesamaan atau perbedaan dalam makna yang diasumsikan memang benar-benar ada.
11. Menghargai adat kebiasaan budaya yang berlaku dalam sembarang konteks komunikasi antarbudaya.
12. Jangan menganggap bahwa adat yang kita miliki adalah yang paling benar. Bila ragu, bertanyalah.
13. Menghidari evaluasi negatif terhadap perbedaan kultur, baik secara verbal maupun nonverbal.
14. Pandanglah adat kebiasaan budaya (kultur kita maupun kultur yang lain) sebagai sesuatu yang bersifat arbriter (manasuka) dan menyenangkan bukan sebagai sesuatu yang natural dan logis.
15. Menghindari kejutan budaya dengan mempelajari sebanyak mungkin kultur yang akan dimasuki.
16. Bacalah, dan berbicaralah dengan penduduk asli dan mereka yang mempunyai pengalaman, serta menyaksikan film mengenai budaya setempat/yang lain.
·       Memanfaatkan Prinsip-prinsip Interaksi Antarpribadi yang Efektif.
1. Keterbukaan                  : bersikap terbuka terhadap perbedaan nilai, kepercayaan, sikap, dan prilaku dengan orang – orang yang ada.
2. Empati                             : ikut merasakan yang masyarakat setempat rasakan dengan jalan menempatkan diri pada posisi lawan bicara yang memiliki kutlur berbeda.
3. Sikap mendukung         : deskriptif, jangan evaluatif; spontan, jangan strategik ; provisional, jangan memastikan.
4. Sikap positif
5. Kesetaraan                     : berkomunikasi dengan sikap dan pihak yang setara
6. Percaya Diri                    : tetap percaya diri dan tenang dalam setiap situasi
7. Kedekatan (immediacy) : kedekatan menyatukan orang, membantu mengatasi perbedaan. Rasa kebersamaan harus dijunjung tinggi dalam interaksi komunikasi.
8. Manajemen Interaksi     : bersikap sensitive terhadap perbedaan dalam cara mengambil alih.
9. Daya Ekspresi
10. Berorientasi kepada Pihak Lain  : tidak memonopoli percakapan dengan hanya membicarakan diri sendiri, memilihkan topik-topik pembicaraan, dan hanya membicarakan pengalaman diri sendiri  tetapi juga perlu mengarahkan percakapan kepada lawan bicara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Program Studi Ilmu Perpustakaan FISIP Uncen Gelar Seminar Internasional Bertajuk “Challenges and Developments in Library and Information Sci...