Minggu, 24 Oktober 2021

Pertemuan 7

 Unsur Komunikasi Pustakawan

Komunikasi sangatlah penting bagi karir seorang pustakawan, karena komunikasi itu salah satu unsur apakah pustakawan itu profesional atau tidak.
Dalam tugasnya, pustakawan harus memiliki:

  1. Empati : Kemauan untuk mengerti orang lain
  2. Percaya Diri
  3. Ketulusan untuk berhubungan dengan orang lain
  4. Keramahan, rasa simpati, dan sikap hormat.

Dari pembahasan – pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa komunikasi itu sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dalam masyarakat, organisasi bahkan di dalam perpustakaan, komunikasi sangatlah penting agar tidak terjadi kesalahpahaman yang nantinya dapat menimbulkan masyarakat tersebut terpecah belah.
Untuk mengembangkan layanan perpustakaan dituntut adanya sikap profesional dari petugas perpustakaan atau pustakawan. Tanpa sikap profesional bagaimanapun modern, lengkap dan canggihnya perpustakaan tersebut akan kurang berarti. Sehingga perlu dikembangkan dengan baik upaya-upaya peningkatan profesionalitas pustakawan dalam rangka peningkatan layanan perpustakaan.
Seorang pustakawan diharapkan dapat Menguasai sumber informasi, Berinteraksi dengan baik – bahasa sederhana, jelas, dapat / mudah dipahami, Memahami pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara profesional, Bersikap hormat, sopan, penuh perhatian, sabar, Perhatikan bahasa tubuh, tanda-tanda komunikasi non-verbal, tatap matanya, Hindari istilah-istilah yang tidak dimengerti, Senyum, sambutan yang ramah dan hangat, Ciptakan kesan positif yang menyentuh hati. Semua itu perlu pustakawan lakukan agar tercipta hubungan yang harmonis antara pustakawan dan pemstaka.
Relasi ideal antara pustakawan dan pemustaka dalam kaitannya dengan keberlangsungan fungsi dan tujuan perpustakaan memang masih belum terbangun secara penuh. Masih kerap terjadi gap atau jurang pemisah antara pustakawan dan pemustaka yang menyebabkan aktivitas perpustakaan menjadi kurang maksimal. Komunikasi yang baik, sikap saling pengertian, dan sikap saling kenal mengenal antara pustakawan dan pemustaka bisa menjadi modal dasar dalam membangun relasi ideal yang diharapkan. Sehingga kedepannya, informasi baik itu dalam tercetak maupun elektronik dapat diterima dengan baik oleh pemustaka, dan begitu pula perpustakaan dapat mewujudkan fungsinya sebagai penggerak dalam merubah masyarakat Indonesia. Karena komunikasi adalah suatu proses terus menerus yang bisa berubah-ubah dan bisa mengubah (keadaan tentunya).

Sebagai koleksi sosial,Komunikasi lengkap merupakan hal yang di setujui dalam kehidupan kita. Tentunya kita tidak akan bisa hidup tanpa komunikasi dengan orang lain, Begitu juga di pepustakaan jika kita tidak adanya komuikasi antar pustakawan dan pemustaka maka segalah kegiatan dan aktifitas di perpustakaan tidak berjalan dengan baik dan lancar. Maka di harapkan dengan adanya makalah ini dapat agar bisa membuat komunikasi yang baik di perpustakaan agar tidak terjadi hal hal yang berakibat fatal atau salah paham (missunderstanding) atau dapat mendorong terjadinya konflik saat berkunjung atau menerima pemustaka yang sedang berkunjung.


PERTEMUAN 5

                     TUJUAN PEMBELAJARAN ILMU KOMUNIKASI BAGI MAHASISWA 

 

 Komunikasi sangat berperan aktif dalam kehidupan sehari-hari,begitu pula di perpustakaan, komunikasi sangat dibutuhkan. Lewat komunikasi manusia dapat menyampaikan keinginan cita-cita, perencanaan pada orang lain. Makin jelas dan efektif berlangsungnya komunikasi makin banyak pula informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu keberadaan perpustakaan sebagai unit pengelola informasi sangat penting untuk mendukung terjadinya komunikasi yang efektif di masyarakat.
Komunikasi memainkan peranan yang sangat penting sebagai sarana hubungan antar- individu dan kelompok masyarakat untuk mengembangkan saling pengertian dan kerja sama antarmanusia yang lebih baik.
Kemajuan pada bidang informasi dan komunikasi tidak hanya disebabkan oleh adanya penemuan-penemuan teknologi baru, namun juga disebabkan oleh semakin tumbuhnya kesadaran orang atau individu dan bangsa akan adanya kesempatan dan kebutuhan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan, termasuk kebutuhan akan adanya informasi.
Jadi dapat dikatakan bahwa informasi merupakan bagian dari komunikasi. Tanpa informasi proses komunikasi tidak akan bisa berjalan dengan baik. Dengan demikian maka kehadiran perpustakaan sebagai pengelola informasi menjadi pendukung dan pelancar proses komunikasi. Demikian pula sebaliknya bahwa perpustakaan sebagai organisasi membutuhkan bentuk komunikasi yang efektif dan efisien untuk berjalannya organisasi tersebut dengan baik.

 


Proses Komunikasi di Perpustakaan
Dapat dipastikan bahwa di dalam aktivitas perpustakaan mutlak harus ada proses atau kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi yang berlangsung di perpustakan dapat dilihat dari adanya kontak dan hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, antara pustakawan dan pengguna perpustakaan, adanya pesan yang disampaikan dan diterima, dan adanya efek yang terjadi akibat diterimanya pesan melalui komunikasi tersebut. Aktivitas pelayanan informasi antara pustakawan dan pemustaka adalah salah satu bentuk kegiatan komunikasi di perpustakaan.

Etika dalam layanan perpustakaan
Dalam etika layanan perpustakaan, komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Hampir semua aktivitas pelayanan dan kerja di lingkungan perpustakaan yang terjadi dalam keseharian tidak terlepas dari interaksi / komunikasi dalam berbagai cara; baik secara verbal, tulisan, gestural, ataupun bentuk komunikasi lainnya. Namun, ada banyak pengertian atau pemahaman tentang komunikasi itu sendiri, sehingga perlu adanya kesatuan persepsi.
Pelayanan perpustakaan saat ini, tidak terbatas layanan informasi yang secara fisik ada di gedung perpustakaan. Perubahan / perkembangan teknologi yang begitu cepat, membuat layanan perpustakaan juga berkembang. Hal ini juga mempengaruhi interaksi / komunikasi antara pustakawan dan penggunanya. Kita perlu mengenal sasaran / pengguna perpustakaan; baik yang berkunjung ke perpustakaan secara langsung maupun pengguna perpustakaan yang mengakses informasi melalui internet / fasilitas elektronik.
Media komunikasi yang tersedia harus dikuasai; sehingga pustakawan dapat mempromosikan informasi yang tersedia. Pustakawan perlu mengadakan pengkajian tujuan pesan komunikasi; agar dapat memberdayakan informasi secara lebih optimal. Setelah itu perlu menyadari peran komunikator dalam komunikasi, sebagai daya tarik sumber dan kredibilitas sumber. Interaksi pustakawan pada penggunanya paling kelihatan adalah dalam pelayanan peminjaman buku. Tugas ini sangat berat dan penuh tantangan. Berbagai jenis sifat manusia, budaya, dan latar belakang sosial bersatu, ingin mendapatkan layanan yang terbaik dari pustakawan. Sekalipun fasilitas yang tersedia di perpustakaan belumlah ideal, pustakawan tidak boleh semakin merendahkan citra perpustakaan yang tidak begitu bagus. Justru dengan interaksi yang menyentuh hati, kita dapat menciptakan citra yang berbeda. Memang harus kerja ekstra keras, tapi itu yang harus kita lakukan bila kita ingin dihargai.

 


Senin, 04 Oktober 2021

MK ILMU KOMUNIKASI

  

 MK ILMU KOMUNIKASI

Pertemuan 1 dan 2 

KONSEP DASAR KOMUNIKASI 

  Konsep dasar komunikasi, Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gestur tubuh, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut dengan komunikasi nonverbal. Komunikasi adalah suatu proses yang mengacu pada kegiatan pertukaran informasi atau pesan antara dua orang atau lebih. Agar komunikasi dapat berjalan sesuai tujuan  maka pihak-pihak yang berkaitan dalam proses komunikasi ini harus mau untuk saling bertukar informasi, sehingga semua pihak dapat memahami satu sama lain. Meskipun pengertian komunikasi di atas terlihat cukup simpel, namun proses komunikasi yang ada ternyata tidak semudah yang kita bayangkan loh, rekan-rekan.

Jenis-jenis  Komunikasi berikut:

1. Komunikasi berdasarkan penyampaian

a. Lisan
Komunikasi secara lisan dimaknai sebagai jenis komunikasi yang terjadi secara langsung tanpa ada batasan jarak. Misalnya, dalam suatu rapat, wawancara maupun percakapan biasa.
b. Tulisan
Komunikasi secara tertulis merupakan jenis media komunikasi yang penyampaiannya dilakukan dalam bentuk tulisan. Misalnya, naskah, spanduk, undangan dan sebagainya.

2. Komunikasi berdasarkan tujuan

Jika ditinjau berdasarkan tujuan, komunikasi dapat dikategorikan menjadi beberapa macam. Misalnya, pemberian saran, pidato, perintah, ceramah maupun wawancara. Konsep komunikasi semacam ini menekankan bahwa komunikator menjadi faktor penting dalam jalinan interaksi tersebut.

3. Komunikasi berdasarkan ruang lingkup

a. Internal
Komunikasi internal merupakan jenis komunikasi yang terjadi dalam ruang lingkup organisasi maupun perusahaan. Contohnya, interaksi antar individu yang ada dalam ruang lingkup tersebut. Komunikasi internal bisa berupa komunikasi vertikal, horizontal maupun diagonal.

b. Eksternal
Misalnya, koneferensi pers, pameran, publikasi, siaran televisi maupun bakti sosial.

4. Komunikasi berdasarkan aliran

a. Komunikasi satu arah, yakni komunikasi yang berasal dari salah satu pihak saja.
b. Komunikasi dua arah, yaitu komunikasi yang mempunyai sifat saling memberikan timbal balik.
c. Komunikasi ke bawah, yakni komunikasi dari atasan dengan bawahan.
d. Komunikasi ke atas, yaitu komunikasi yabg berasal dari seorang bawahan kepada atasan.
e. Komunikasi ke samping, yakni komunikasi yang terjalin di antara beberapa orang pada kedudukan setara.

Konsep literasi informasi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1974 di Amerika oleh Paul Zurkowski (president of Information Industries Association). Konsep literasi informasi dipergunakan dalam sebuah proposal yang ditujukan kepada The National Commisionon Libraries and Information Science (NCLIS) USA (Zurkowski, 1974: 6). Zurkowski berpendapat, people trained in the application of information resources to their work can be called information literate. They are learned techniques and skill for utilizing the wide range of information tools as well as prmary sources in molding information solution to their problems. Makna dari konsep tersebut yang dimaksud dengan literasi informasi adalah orang yang terlatih untuk menggunakan sumber-sumber informasi dalam menyelesaikan tugas mereka yang disebut juga orang literasi informasi. Mereka telah mempelajari teknik dan kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam alat dan juga sumber-sumber informasi utama dalam pemecahan masalah mereka (Eisenberg, 2004). Dalam pengertian di atas, Zurkowski mengusulkan:

1.    sumber informasi digunakan di lingkungan kerja;

2.     teknik dan keterampilan dibutuhkan dalam menggunakan alat informasi dan sumber-sumber primer;

3.    informasi digunakan untuk memecahkan masalah (Behrens, 1994).

 

Konsep ini menunjukkan bahwa kompetensi keterampilan memanfaatkan informasi dan mengenali sumber-sumber informasi sebagai alat bantu temu kembali informasi. Konsep yang kedua ini menunjukkan bahwa literasi informasi sebagai berikut.

1.     Memberikan kemampuan teknik dan keterampilan menggunakan berbagai sumber informasi melalui pelatihan.


2.     Teknik dan keterampilan yang dilatihkan adalah memanfaatkan sumber informasi, menggunakan alat bantu temu kembali informasi, dan memanfaatkan informasi.

3.     Menggunakan informasi sebagai sumber utama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

 

Konsep literasi informasi sebagaimana disebutkan dalam Dictionary for Library and Information Science oleh Reitz (2004: 356) diartikan sebagai skill in finding the information one needs and understanding of how libraries are organized, familiarty, with resource the provide (incuding information formats and automated search tools) nad knowledge of commonly use techniques. The concept also includes the effectively as well as understanding of the technological insfrastructure on which information transmission is based, including itd social, and cultural context and impact.

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa literasi informasi sebagai kemampuan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan, mengerti bagaimana perpustakaan diorganisasi, familiar dengan sumber daya yang tersedia (termasuk format informasi dan alat penelusuran yang terautomasi), serta pengetahuan dari teknik yang biasa digunakan dalam pencarian informasi. Hal ini termasuk kemampuan yang diperlukan untuk mengevaluasi informasi dan menggunakannya secara efektif, seperti pemahaman infrastruktur teknologi pada transfer informasi kepada orang lain, termasuk konteks sosial, politik, dan budaya serta dampaknya.

Menurut American Library Association (ALA), untuk menjadi orang yang melek informasi, seseorang harus mampu mengetahui kapan informasi itu dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif (Wooliscroft, 1997).

Pada tahun 1999, SCONUL, Society of College, Universitas Nasional, dan perpustakaan di Inggris menerbitkan tujuh pilar informasi literasi model untuk memfasilitasi pengembangan lebih lanjut ide-ide di antara para praktisi di lapangan dalam usaha merangsang munculnya gagasan atau ide-ide. Gagasan yang dimaksud itu mengenai bagaimana literasi informasi dapat digunakan oleh perpustakaan dan staf lain dalam pendidikan dengan mengembangkan kemampuan siswa. Berdasarkan gagasan tersebut, sejumlah negara telah mengembangkan standar literasi informasi. UNESCO dalam Information for All Programme  (2008)  mengemukakan bahwa  literasi  merupakan  kecakapan seseorang untuk menyadari kebutuhan informasi, menemukan dan mengevaluasi.

Pendapat lain menyatakan bahwa literasi informasi adalah serangkaian keterampilan untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, menyusun, menciptakan, menggunakan, dan mengomunikasikan informasi kepada orang lain untuk menyelesaikan dan mencari jalan keluar suatu masalah.

Pendapat yang senada juga dikemukan oleh Pendit (2008: 119). Ia menyatakan bahwa kemampuan-kemampuan masyarakat pengguna yang ingin diberdayakan sebagai berikut:

1.    menetapkan hakikat tentang rentang informasi yang dibutuhkan;

2.    mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien;

3.    mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis;

4.    menggunakan informasi untuk keperluan tertentu.

 

 

Doyle dalam Eisenberg (2004) mengatakan bahwa literasi informasi adalah kemampuan mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dari berbagai sumber. Doyle juga menetapkan 10 sifat literasi informasi seseorang, yaitu kemampuan untuk:



1.     mengetahui ketepatan dan kelengkapan informasi yang merupakan dasar untuk pengambilan keputusan yang tepat;

2.    mengetahui kebutuhan informasi;

3.    memformulasikan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan kebutuhan informasi;

4.    mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang potensial;

5.    mengembangkan strategi pencarian yang tepat;

6.     mengakses sumber-sumber informasi termasuk yang berbasis komputer dan teknologi lainnya;

7.    mengevaluasi informasi;

8.    mengorganisasi informasi untuk keperluan praktis;

9.    mengintegrasikan informasi yang baru dengan yang sudah ada sebelumnya

(pengetahuan lama);

10.  menggunakan informasi dengan pemikiran kritis untuk menyelesaikan masalah.

 

A.   TUJUAN LITERASI INFORMASI

 

Kemampuan literasi informasi memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan kemampuan Anda menjadi manusia pembelajar. Semakin Anda terampil dalam mencari, menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi, semakin terbukalah kesempatan Anda untuk selalu  melakukan pembelajaran.

Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kemampuan bangsa itu dalam tiga hal, yaitu penciptaan pengetahuan, distribusi pengetahuan, dan pengembangan infrastruktur teknologi yang memudahkan penyebaran pengetahuan. Perkembangan teknologi internet menyajikan sebuah fenomena yang disebut dengan superhighway information. Batas-batas geografi menjadi tidak ada lagi. Informasi dan pengetahuan bergerak dengan sangat cepat melalui internet. Keterampilan literasi informasi akan memungkinkan seseorang untuk mendapatkan informasi dengan cara yang cepat pula. Seseorang yang mempunyai kemampuan literasi yang tinggi dicirikan oleh kemampuannya dalam memecahkan masalah dan mengomunikasikan gagasannya dengan baik. Ia juga dapat berpikir secara kritis dan analitis. Ia dapat membangun argumentasinya secara logis yang didukung fakta, bukti, dan informasi yang diperlukan. Seseorang yang memiliki literasi informasi dapat memilah mana


informasi yang benar dan mana yang salah sehingga ia tidak mudah untuk terprovokasi oleh informasi tertentu.

Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki seseorang, terutama dalam dunia pendidikan, karena pada saat ini semua orang dihadapkan dengan berbagai jenis sumber informasi yang berkembang sangat pesat. Namun, belum tentu semua informasi yang ada dan diciptakan tersebut dapat dipercaya dan sesuai dengan kebutuhan informasi para pencari informasi. Literasi informasi akan memudahkan seseorang untuk mencari, menemukan, mengevaluasi, dan menggunakannya untuk belajar secara mandiri tanpa dibatasi ruang dan waktu serta berinteraksi dengan berbagai informasi. Literasi informasi juga sangat berguna dalam dunia pendidikan dan dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan informasi untuk dirinya sendiri dan memanfaatkan berbagai jenis sumber informasi. Literasi informasi juga memberikan kemampuan berpikir secara kritis dan logis serta tidak mudah percaya terhadap informasi yang diperoleh dan mengevaluasi informasi yang diperoleh terlebih dahulu sebelum digunakan.

UNESCO (2005: 1) menyatakan bahwa literasi informasi memberikan kemampuan seseorang untuk menafsirkan informasi sebagai pengguna informasi dan menjadi penghasil informasi bagi dirinya sendiri. UNESCO juga menyatakan bahwa tujuan literasi informasi sebagai berikut.

1.     Memberikan  keterampilan  seseorang  agar   mampu  mengakses  dan memperoleh informasi mengenai kesehatan, lingkungan, pendidikan, pekerjaan mereka, dan lain-lain.

2.     Memandu  mereka  dalam  membuat  keputusan  yang  tepat  mengenai kehidupan mereka.

3.    Lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dan pendidikan mereka.

 

B MANFAAT LITERASI INFORMASI

 

Jelaslah bahwa dengan memiliki literasi informasi, kita memiliki kemudahan-kemudahan dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan informasi.

1.    Menurut  Gunawan  (2008:  3),  literasi  informasi  bermanfaat  dalam persaingan di era globalisasi informasi sehingga pintar saja tidak cukup, tetapi yang utama adalah kemampuan dalam belajar secara terus-menerus.

2.    Menurut Adam (2009: 1), terdapat beberapa manfaat literasi informasi seperti berikut.

a.    Membantu mengambil keputusan. Literasi informasi sangat berperan

dalam membantu menyelesaikan suatu persoalan. Untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah, seseorang harus memiliki informasi tentang keputusan yang akan diambil.

b.    Menjadi manusia pembelajar di era informasi.  Kemampuan literasi informasi memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan seseorang menjadi manusia pembelajar. Semakin terampil seseorang mencari, menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi, semakin terbukalah kesempatan untuk selalu melakukan pembelajaran secara mandiri.

c.    Menciptakan pengetahuan baru. Seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila mampu menciptakan pengetahuan baru. Seseorang dengan kemampuan literasi informasi akan memiliki keterampilan memilih informasi mana yang benar dan mana yang salah sehingga tidak mudah saja percaya dengan informasi yang diperoleh.

 

Menurut Hancock (2004: 1), manfaat literasi informasi sebagai berikut.

1.    Untuk pelajar

Peserta didik dan pengajaran dapat menguasai pelajaran dalam proses belajar mengajar dan siswa tidak akan tergantung kepada guru karena dapat belajar secara mandiri dengan kemampuan literasi informasi yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari penampilan dan kegiatan mereka di lingkungan belajar. Peserta didik yang literat juga akan berusaha belajar mengenai berbagai sumber daya informasi dan cara penggunaan sumber-sumber informasi.

2.    Untuk masyarakat

Literasi informasi bagi masyarakat sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam lingkungan pekerjaan. Mereka mengidentifikasi informasi yang paling berguna saat membuat keputusan, misalnya saat mencari bisnis atau mengelola bisnis dan berbagi informasi dengan orang lain.

3.    Untuk pekerja

Kemampuan dalam menghitung dan membaca belum cukup dalam dunia pekerjaan karena dunia saat ini dipenuhi dengan informasi sehingga pekerja harus mampu menyortir dan mengevaluasi informasi yang diperoleh. Bagi pekerja, literasi informasi akan mendukung pelaksanaan pekerjaan serta memecahkan berbagai masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan dalam membuat kebijakan.

 

 

Program Studi Ilmu Perpustakaan FISIP Uncen Gelar Seminar Internasional Bertajuk “Challenges and Developments in Library and Information Sci...