ABSTRAK
Cenderawasih Pos (Cepos), sebuah Surat Kabar Harian Lokal di Papua
yang adalah ‘anak’ dari surat kabar nasional Jawa Pos ini merupakan media cetak
terbesar yang ada di Papua. Secara tidak langsung Cepos menjadi satu-satunya
sumber informasi yang paling dinanti-nantikan oleh masyarakat Papua, melalui
penelitian ini penulis ingin mengetahui dan menganalisis tentang frame yang
digunakan Cepos dalam menuliskan berita kasus-kasus penembakan yang terjadi di
Papua. Khususnya peran dan fungsinya dalam upaya penyelesaian konflik tersebut
dengan ‘jurnalisme perdamaian’.
Pasalnya kasus-kasus penembakan yang berlangsung cukup lama ini
dan diliput terus oleh Cepos sempat menimbulkan kerisauan dan kecemasan
masyarakat di Papua. Baik itu ditunjukkan dengan bentrokan antar warga, hingga
bentrokan antara pendatang dan pribumi yang berujung kerusuhan warga. Apalagi
mengingat bahwa lokasi tempat konflik tersebut terjadi disekitar rumah
pemukiman warga.
Masyarakat Papua terkenal dengan rasa
solidaritas dan kekerabatan keluarga yang sangat tinggi. Apapun yang dialami
dan dirasakan oleh sanak-saudaranya, pasti akan ikut dirasakan oleh anggota
keluarga yang lain, bahkan kerabat keluarga jauhnya. Sehingga jika salah satu
anggota keluarganya ada yang disakiti oleh orang lain, maka anggota keluarga
yang lain tak segan-segan membela keluarganya bahkan membalas perbuatan
tersebut secara setimpal. Di sisi lain Papua, pulau yang memiliki kekayaan alam sangat
melimpah ini menjadi target operasi bagi kelompok-kelompok tertentu untuk
merusak kestabilan Bangsa Indonesia. Tidak heran jika wilayah tertimur
Indonesia ini sarat akan konflik
Pers dapat diibaratkan pedang bermata dua.
Pada satu sisi pers berpotensi mempertajam konflik ketika pemberitaan yang
disajikan sarat dengan muatan yang tendensius, provokatif, dan sensasional.
Pemberitaan media yang memusatkan pada jumlah korban dan kekejaman suatu
kelompok dapat menggiring kemarahan khalayak, bukan hanya mereka yang berada di
medan peperangan melainkan juga yang berada di luar arena. Cenderawasih Pos
dalam memberitakan kasus-kasus penembakan di Papua cenderung tidak
memperhatikan konsep jurnalisme damai yang menurut penulis cenderung lebih
tepat diterapkan di Papua. Dalam teknik pemberitaan nya Cepos cenderung
menggunakan frame kekerasan yang identik dengan jurnalisme perang. Hal ini
menurut hemat penulis, menjadi salah satu alasan sulitnya mewujudkan upaya
perdamaian di Papua.
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskribtif kualitatif dengan
pendekatan analisis data yaitu analisis framing. Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan data
dokumen pemeberitaan pada koran Cenderawsih Pos.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menentukan model pembingkaian berita secara tepat
yang dapat dijadikan referensi bagi media cetak khususnya di Papua, agar
pemberitaan kemudian tidak menggiring opini public ke arah konflik.
Kata Kunci : Jurnalisme Damai, Framming, Media Cetak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar