Sabtu, 15 Agustus 2020

 

Memanfaatkan Kedahsyatan Komunikasi Interpersonal Dalam Pelayanan Prima

Oleh : Rostini Anwar M.I.Kom

 

Sebagai seorang yang sangat mencintai dunia pendidikan, penulis  merasa geli bila mengamati perilaku beberapa peserta diklat yang tidak betah mengikuti proses pembelajaran.  Perilaku tersebut antara lain keluar masuk kelas, main-main dengan telepon seluler, menggambar atau corat coret di buku catatan, saling mengirim pesan singkat sesama peserta diklat, dan masih banyak lagi perilaku yang kurang mendukung proses pembelajaran.
Mengapa demikian?  Setelah mendengar obrolan peserta diklat pada waktu istirahat ada diantara mereka yang mengeluhkan cara berkomunikasi pemberi materi yang seringnya hanya satu arah, kurang merespon tanggapan peserta, menjaga jarak dengan peserta, hanya duduk saja sambil berbicara, dan seterusnya. Bertolak dari hal tersebut, dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana seorang pemberi materi baik itu sebagai widyaiswara, dosen, maupun guru untuk memanfaatkan dan menerapkan komunikasi interpersonal  dalam proses pembelajaran.


APA KOMUNIKASI INTERPERSONAL?

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terkandung dalam tatap muka dan saling mempengaruhi, mendengarkan, menyampaikan pernyataan, keterbukaan, kepekaan yang merupakan cara paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dengan efek umpan balik secara langsung. Komunikasi interpersonal oleh Devito dalam Liliweri (1991) didefinisikan sebagai pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik secara langsung. Selanjutnya bahwa komunikasi interpersonal, individu selain menunjukkan perhatian juga menunjukkan seberapa jauh perhatian itu diberikan. Semakin besar interaksi interpersonal yang ada menunjukkan semakin besar perhatian seseorang pada orang lain yang diajak komunikasi, sebaliknya semakin sedikit komunikasi interpersonal yang terjadi semakin kecil orang memperhatikannya.

 

YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Dari beberapa pengertian tentang komunikasi interpersonal di atas, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menerapkan komunikasi jenis ini, yaitu tatap muka, mendengarkan, keterbukaan, kepekaan, dan umpan balik secara langsung.

 

Tatap Muka 

Seseorang merasa dihargai bila ditatap wajahnya pada waktu berkomunikasi, walaupun ada beberapa orang yang tidak senang karena alasan budaya atau agama misalnya. Menatap seseorang biasanya antara 1 sd 2 detik, kecuali ada hubungan yang dekat atau ada alasan tertentu. Dengan melihat raut muka orang yang Anda ajak berkomunikasi, kalau dalam proses pembelajaran dengan melihat raut muka peserta diklat, mahasiswa, atau murid, Anda dapat secara langsung mengerti apa yang sedang mereka pikirkan dan rasakan, apakah dia setuju atau sebaliknya dengan Anda, dan sebagainya.


 

Mendengarkan

Bagaimana perasaan Anda seandainya pada waktu berbicara tidak ada yang mau mendengarkan? Tentu merasa jengkel, terhina, sakit hati, diremehkan, tidak dipedulikan, dsb. Sebaliknya bagaimana perasaan Anda jika waktu berbicara orang lain mau mendengarkan? Pasti merasa senang, puas, dihargai, dipedulikan, dan akhirnya terbina hubungan baik. Dalam proses pembelajaran ketrampilan mendengarkan senantiasa harus ditingkatkan baik oleh peserta maupun pemberi materi. Beberapa hal yang menghambat proses mendengarkan sudah seharusnya dapat diminimalisir. Hambatan itu antara lain sibuk dengan diri sendiri, sibuk dengan masalah-masalah eksternal, terpengaruh apakah yang bicara ada faktor kawan atau lawan, dan hanya mendengar hal-hal yang diharapkan. Seorang pemberi materi akan memperoleh rasa hormat bila dia mampu mendengarkan emosi dan pikiran orang lain. Sikap yang mampu mendengarkan dengan penuh perhatian, untuk segala sesuatu yang dikatakan, akan menjadikan dia semakin berkualitas. Mendengarkan membutuhkan sikap rendah hati dan jiwa besar dalam kualitas diri yang cerdas bertoleransi, berempati, dan melayani. Pendengar yang baik pasti mau mengetahui apa yang dipikirkan orang lain. Biasanya, seorang pemberi materi terbaik selalu menyimak dengan cerdas tentang apa yang dikatakan orang lain, dan bila apa yang dia dengarkan masuk akal baginya, maka dia akan menjadikannya sebagai pengetahuan untuk pengembangan ide-ide kreatifnya. (Djajendra,2012)


Keterbukaan

Terbuka dan spontan mencerminkan pikiran positif dalam berkomunikasi. Keterbukaan hati dan telinga penuh kesadaran mendengarkan baik yang terdengar maupun yang dirasakan, keterbukaan diri terhadap orang lain, kebersamaan dan hubungan, keterbukaan terhadap kesepakatan dan tidak mudah memilih konflik.


Umpan Balik

Umpan balik adalah masukan atau pendapat orang lain tentang kita, berdasarkan pengamatan dan perasaan orang tersebut waktu berinteraksi dengan kita. Dalam komunikasi interpersonal harus ada keseimbangan antara komunikator dan komunikan sehingga tidak ada yang mendominasi.


HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI INTERPERSONAL?

 

 

 

Citra Diri , Citra diri adalah bagaimana cara seseorang melihat dirinya sendiri. (LAN RI, 2008). Setiap orang merupakan gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosialnya, pendidikannya,  dan lain-lain tentang dirinya. Citra diri menentukan bagaimana seseorang melihat dirinya baik secara positif maupun negatif, melihat kelebihan dan kekurangannya. Cara melihat diri sendiril ini mempengaruhi bagaimana seseorang bergaul dan menempatkan diri diantara orang lain yang pada gilirannya menentukan bagaimana seseorang berkomunikasi. Citra Orang Lain, Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Di pihak lain, yaitu orang yang diajak berkomunikasi mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Kadang dengan orang yang satu komunikatif, lancar, tenang, jelas dengan orang lainnya tahu-tahu jadi gugup dan bingung. Ternyata pada saat berkomunikasi dirasakan campur tangan citra diri dan citra pihak lain.(Kajian Pustaka, 2012)

Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya serta kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. (Goleman, 2004).  Kemampuan seseorang menggunakan pancainderanya untuk menangkap emosi orang lain sebagai sumber informasi akan mempengaruhi kualitas komunikasi interpersonalnya. Banyak pesan informasi yang disampaikan secara tersirat dalam emosi seseorang bukan hanya tersurat melalui ucapan ataupun tulisan.

Bahasa Tubuh, Bahasa tubuh menggambarkan hal-hal yang dipikirkan oleh seseorang. (Pease, 1987). Bahasa Tubuh bisa diartikan sebagai komunikasi sederhana yang dihasilkan oleh tubuh. Tubuh bagian mana? Pada prinsipnya banyak bagian tubuh kita yang dapat menyampaikan komunikasi mulai mata, bibir, kepala, tangan, kaki, dan seterusnya.  Walaupun begitu bahasa tubuh yang sangat penting adalah tatapan mata, ekspresi wajah, gestur, dan postur. Mata dapat mengekspresikan emosi dan kognisi atau tingkat pemahaman seseorang. Ekspresi wajah dapat menggambarkan apakah seseorang sedang sedih, marah, kecewa, terkejut, takut, bahagia, dan seterusnya. Gestur seperti gerakan tangan, kaki, dan seterusnya juga mencerminkan pikiran seseorang. Sedangkan dengan mengamati postur seseorang ketika duduk, berdiri juga dapat membantu mengenali pikiran dan emosi seseorang tersebut.


PENUTUP

Pada penutup tulisan ini akan disampaikan tips memanfaatkan kedahsyatan komunikasi interpersonal khususnya dalam proses pembelajaran, sebagai berikut:

  1. Adanya keterbukaan antara pemberi materi dalam hal ini bisa widyaiswara, dosen atau guru dengan peserta diklat, mahasiswa, atau murid. Keterbukaan ditandai dengan menilai pesan komunikasi secara objektif dan proses pembelajaran yang profesional.
  2. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai, tidak berlebihan dan tidak kurang dengan mensinkronkan antara apa yang diucapkan dengan yang dipikirkan.
  3. Saling mau mendengarkan antara pemberi dengan penerima materi sehingga terbangun komunikasi dua arah dan memberikan umpan balik yang sehat.
  4. Menempatkan citra diri dan citra diri orang lain dengan benar dan sesuai.

Dari uraian ini tujuan pembelajaran lebih bisa tercapai, juga mambina hubungan baik antara pihak-pihak dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu dan diharapkan karena sangat menyenangkan.

Daftar Bacaan:

-   Goleman, Daniel. Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EQ Lebih Penting Daripada IQ). Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama. 2004

-    Liliweri, Behaviour in Organization : Understanding and Managing the Human Side of Work, Allyn and Bacon, Orlando.1991

-   Pease, Allan, Bahasa Tubuh: Bagaimana Membaca Pikiran Seseorang Melalui Gerak Isyarat. ARCAN. Jakarta. 1987.

-   Tim Widyaiswara. Pengembangan Potensi Diri. LAN RI. Jakarta. 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Program Studi Ilmu Perpustakaan FISIP Uncen Gelar Seminar Internasional Bertajuk “Challenges and Developments in Library and Information Sci...