Memanfaatkan Kedahsyatan Komunikasi Interpersonal Dalam Pelayanan Prima
Oleh : Rostini Anwar M.I.Kom
Sebagai seorang yang sangat mencintai dunia pendidikan, penulis
merasa geli bila mengamati perilaku beberapa peserta diklat yang tidak
betah mengikuti proses pembelajaran. Perilaku tersebut antara lain
keluar masuk kelas, main-main dengan telepon seluler, menggambar atau
corat coret di buku catatan, saling mengirim pesan singkat sesama
peserta diklat, dan masih banyak lagi perilaku yang kurang mendukung
proses pembelajaran.
Mengapa demikian? Setelah mendengar obrolan
peserta diklat pada waktu istirahat ada diantara mereka yang mengeluhkan
cara berkomunikasi pemberi materi yang seringnya hanya satu arah,
kurang merespon tanggapan peserta, menjaga jarak dengan peserta, hanya
duduk saja sambil berbicara, dan seterusnya. Bertolak dari hal tersebut,
dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana seorang pemberi materi baik
itu sebagai widyaiswara, dosen, maupun guru untuk memanfaatkan dan
menerapkan komunikasi interpersonal dalam proses pembelajaran.
APA KOMUNIKASI INTERPERSONAL?
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terkandung dalam
tatap muka dan saling mempengaruhi, mendengarkan, menyampaikan
pernyataan, keterbukaan, kepekaan yang merupakan cara paling efektif
dalam mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dengan efek umpan
balik secara langsung. Komunikasi interpersonal oleh Devito dalam
Liliweri (1991) didefinisikan sebagai pengiriman pesan-pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek
dan umpan balik secara langsung. Selanjutnya bahwa komunikasi
interpersonal, individu selain menunjukkan perhatian juga menunjukkan
seberapa jauh perhatian itu diberikan. Semakin besar interaksi
interpersonal yang ada menunjukkan semakin besar perhatian seseorang
pada orang lain yang diajak komunikasi, sebaliknya semakin sedikit
komunikasi interpersonal yang terjadi semakin kecil orang
memperhatikannya.
YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Dari beberapa pengertian tentang komunikasi interpersonal di atas,
ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menerapkan komunikasi
jenis ini, yaitu tatap muka, mendengarkan, keterbukaan, kepekaan, dan
umpan balik secara langsung.
Tatap Muka
Seseorang merasa dihargai bila ditatap wajahnya pada waktu
berkomunikasi, walaupun ada beberapa orang yang tidak senang karena
alasan budaya atau agama misalnya. Menatap seseorang biasanya antara 1
sd 2 detik, kecuali ada hubungan yang dekat atau ada alasan tertentu.
Dengan melihat raut muka orang yang Anda ajak berkomunikasi, kalau dalam
proses pembelajaran dengan melihat raut muka peserta diklat, mahasiswa,
atau murid, Anda dapat secara langsung mengerti apa yang sedang mereka
pikirkan dan rasakan, apakah dia setuju atau sebaliknya dengan Anda, dan
sebagainya.
Mendengarkan
Bagaimana perasaan Anda seandainya pada waktu berbicara tidak ada
yang mau mendengarkan? Tentu merasa jengkel, terhina, sakit hati,
diremehkan, tidak dipedulikan, dsb. Sebaliknya bagaimana perasaan Anda
jika waktu berbicara orang lain mau mendengarkan? Pasti merasa senang,
puas, dihargai, dipedulikan, dan akhirnya terbina hubungan baik. Dalam
proses pembelajaran ketrampilan mendengarkan senantiasa harus
ditingkatkan baik oleh peserta maupun pemberi materi. Beberapa hal yang
menghambat proses mendengarkan sudah seharusnya dapat diminimalisir.
Hambatan itu antara lain sibuk dengan diri sendiri, sibuk dengan
masalah-masalah eksternal, terpengaruh apakah yang bicara ada faktor
kawan atau lawan, dan hanya mendengar hal-hal yang diharapkan. Seorang
pemberi materi akan memperoleh rasa hormat bila dia mampu mendengarkan
emosi dan pikiran orang lain. Sikap yang mampu mendengarkan dengan penuh
perhatian, untuk segala sesuatu yang dikatakan, akan menjadikan dia
semakin berkualitas. Mendengarkan membutuhkan sikap rendah hati dan jiwa
besar dalam kualitas diri yang cerdas bertoleransi, berempati, dan
melayani. Pendengar yang baik pasti mau mengetahui apa yang dipikirkan
orang lain. Biasanya, seorang pemberi materi terbaik selalu menyimak
dengan cerdas tentang apa yang dikatakan orang lain, dan bila apa yang
dia dengarkan masuk akal baginya, maka dia akan menjadikannya sebagai
pengetahuan untuk pengembangan ide-ide kreatifnya. (Djajendra,2012)
Keterbukaan
Terbuka dan spontan mencerminkan pikiran positif dalam berkomunikasi.
Keterbukaan hati dan telinga penuh kesadaran mendengarkan baik yang
terdengar maupun yang dirasakan, keterbukaan diri terhadap orang lain,
kebersamaan dan hubungan, keterbukaan terhadap kesepakatan dan tidak
mudah memilih konflik.
Umpan Balik
Umpan balik adalah masukan atau pendapat orang lain tentang kita,
berdasarkan pengamatan dan perasaan orang tersebut waktu berinteraksi
dengan kita. Dalam komunikasi interpersonal harus ada keseimbangan
antara komunikator dan komunikan sehingga tidak ada yang mendominasi.
HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI INTERPERSONAL?
Citra Diri , Citra diri adalah bagaimana cara seseorang melihat
dirinya sendiri. (LAN RI, 2008). Setiap orang merupakan gambaran
tertentu mengenai dirinya, status sosialnya, pendidikannya, dan
lain-lain tentang dirinya. Citra diri menentukan bagaimana seseorang
melihat dirinya baik secara positif maupun negatif, melihat kelebihan
dan kekurangannya. Cara melihat diri sendiril ini mempengaruhi bagaimana
seseorang bergaul dan menempatkan diri diantara orang lain yang pada
gilirannya menentukan bagaimana seseorang berkomunikasi. Citra Orang
Lain, Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang
berkomunikasi. Di pihak lain, yaitu orang yang diajak berkomunikasi
mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Kadang dengan orang yang satu
komunikatif, lancar, tenang, jelas dengan orang lainnya tahu-tahu jadi
gugup dan bingung. Ternyata pada saat berkomunikasi dirasakan campur
tangan citra diri dan citra pihak lain.(Kajian Pustaka, 2012)
Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Emosional adalah kemampuan
merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya serta kepekaan
emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang
manusiawi. (Goleman, 2004). Kemampuan seseorang menggunakan
pancainderanya untuk menangkap emosi orang lain sebagai sumber informasi
akan mempengaruhi kualitas komunikasi interpersonalnya. Banyak pesan
informasi yang disampaikan secara tersirat dalam emosi seseorang bukan
hanya tersurat melalui ucapan ataupun tulisan.
Bahasa Tubuh, Bahasa tubuh menggambarkan hal-hal yang dipikirkan oleh
seseorang. (Pease, 1987). Bahasa Tubuh bisa diartikan sebagai
komunikasi sederhana yang dihasilkan oleh tubuh. Tubuh bagian mana? Pada
prinsipnya banyak bagian tubuh kita yang dapat menyampaikan komunikasi
mulai mata, bibir, kepala, tangan, kaki, dan seterusnya. Walaupun
begitu bahasa tubuh yang sangat penting adalah tatapan mata, ekspresi
wajah, gestur, dan postur. Mata dapat mengekspresikan emosi dan kognisi
atau tingkat pemahaman seseorang. Ekspresi wajah dapat menggambarkan
apakah seseorang sedang sedih, marah, kecewa, terkejut, takut, bahagia,
dan seterusnya. Gestur seperti gerakan tangan, kaki, dan seterusnya juga
mencerminkan pikiran seseorang. Sedangkan dengan mengamati postur
seseorang ketika duduk, berdiri juga dapat membantu mengenali pikiran
dan emosi seseorang tersebut.
PENUTUP
Pada penutup tulisan ini akan disampaikan tips memanfaatkan
kedahsyatan komunikasi interpersonal khususnya dalam proses
pembelajaran, sebagai berikut:
- Adanya keterbukaan antara pemberi materi dalam hal ini bisa
widyaiswara, dosen atau guru dengan peserta diklat, mahasiswa, atau
murid. Keterbukaan ditandai dengan menilai pesan komunikasi secara
objektif dan proses pembelajaran yang profesional.
- Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai, tidak berlebihan dan tidak
kurang dengan mensinkronkan antara apa yang diucapkan dengan yang
dipikirkan.
- Saling mau mendengarkan antara pemberi dengan penerima materi
sehingga terbangun komunikasi dua arah dan memberikan umpan balik yang
sehat.
- Menempatkan citra diri dan citra diri orang lain dengan benar dan sesuai.
Dari uraian ini tujuan pembelajaran lebih bisa tercapai, juga mambina
hubungan baik antara pihak-pihak dalam proses pembelajaran sehingga
proses pembelajaran menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu dan diharapkan
karena sangat menyenangkan.
Daftar Bacaan:
- Goleman, Daniel. Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional
Mengapa EQ Lebih Penting Daripada IQ). Jakata: PT Gramedia Pustaka
Utama. 2004
- Liliweri, Behaviour in Organization : Understanding and Managing the Human Side of Work, Allyn and Bacon, Orlando.1991
- Pease, Allan, Bahasa Tubuh: Bagaimana Membaca Pikiran Seseorang Melalui Gerak Isyarat. ARCAN. Jakarta. 1987.
- Tim Widyaiswara. Pengembangan Potensi Diri. LAN RI. Jakarta. 2008.
Sebagai seorang yang sangat mencintai dunia pendidikan, penulis
merasa geli bila mengamati perilaku beberapa peserta diklat yang tidak
betah mengikuti proses pembelajaran. Perilaku tersebut antara lain
keluar masuk kelas, main-main dengan telepon seluler, menggambar atau
corat coret di buku catatan, saling mengirim pesan singkat sesama
peserta diklat, dan masih banyak lagi perilaku yang kurang mendukung
proses pembelajaran.
Mengapa demikian? Setelah mendengar obrolan
peserta diklat pada waktu istirahat ada diantara mereka yang mengeluhkan
cara berkomunikasi pemberi materi yang seringnya hanya satu arah,
kurang merespon tanggapan peserta, menjaga jarak dengan peserta, hanya
duduk saja sambil berbicara, dan seterusnya. Bertolak dari hal tersebut,
dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana seorang pemberi materi baik
itu sebagai widyaiswara, dosen, maupun guru untuk memanfaatkan dan
menerapkan komunikasi interpersonal dalam proses pembelajaran.
APA KOMUNIKASI INTERPERSONAL?
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terkandung dalam tatap muka dan saling mempengaruhi, mendengarkan, menyampaikan pernyataan, keterbukaan, kepekaan yang merupakan cara paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dengan efek umpan balik secara langsung. Komunikasi interpersonal oleh Devito dalam Liliweri (1991) didefinisikan sebagai pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik secara langsung. Selanjutnya bahwa komunikasi interpersonal, individu selain menunjukkan perhatian juga menunjukkan seberapa jauh perhatian itu diberikan. Semakin besar interaksi interpersonal yang ada menunjukkan semakin besar perhatian seseorang pada orang lain yang diajak komunikasi, sebaliknya semakin sedikit komunikasi interpersonal yang terjadi semakin kecil orang memperhatikannya.
YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Dari beberapa pengertian tentang komunikasi interpersonal di atas, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menerapkan komunikasi jenis ini, yaitu tatap muka, mendengarkan, keterbukaan, kepekaan, dan umpan balik secara langsung.
Tatap Muka
Seseorang merasa dihargai bila ditatap wajahnya pada waktu berkomunikasi, walaupun ada beberapa orang yang tidak senang karena alasan budaya atau agama misalnya. Menatap seseorang biasanya antara 1 sd 2 detik, kecuali ada hubungan yang dekat atau ada alasan tertentu. Dengan melihat raut muka orang yang Anda ajak berkomunikasi, kalau dalam proses pembelajaran dengan melihat raut muka peserta diklat, mahasiswa, atau murid, Anda dapat secara langsung mengerti apa yang sedang mereka pikirkan dan rasakan, apakah dia setuju atau sebaliknya dengan Anda, dan sebagainya.
Mendengarkan
Bagaimana perasaan Anda seandainya pada waktu berbicara tidak ada yang mau mendengarkan? Tentu merasa jengkel, terhina, sakit hati, diremehkan, tidak dipedulikan, dsb. Sebaliknya bagaimana perasaan Anda jika waktu berbicara orang lain mau mendengarkan? Pasti merasa senang, puas, dihargai, dipedulikan, dan akhirnya terbina hubungan baik. Dalam proses pembelajaran ketrampilan mendengarkan senantiasa harus ditingkatkan baik oleh peserta maupun pemberi materi. Beberapa hal yang menghambat proses mendengarkan sudah seharusnya dapat diminimalisir. Hambatan itu antara lain sibuk dengan diri sendiri, sibuk dengan masalah-masalah eksternal, terpengaruh apakah yang bicara ada faktor kawan atau lawan, dan hanya mendengar hal-hal yang diharapkan. Seorang pemberi materi akan memperoleh rasa hormat bila dia mampu mendengarkan emosi dan pikiran orang lain. Sikap yang mampu mendengarkan dengan penuh perhatian, untuk segala sesuatu yang dikatakan, akan menjadikan dia semakin berkualitas. Mendengarkan membutuhkan sikap rendah hati dan jiwa besar dalam kualitas diri yang cerdas bertoleransi, berempati, dan melayani. Pendengar yang baik pasti mau mengetahui apa yang dipikirkan orang lain. Biasanya, seorang pemberi materi terbaik selalu menyimak dengan cerdas tentang apa yang dikatakan orang lain, dan bila apa yang dia dengarkan masuk akal baginya, maka dia akan menjadikannya sebagai pengetahuan untuk pengembangan ide-ide kreatifnya. (Djajendra,2012)
Keterbukaan
Terbuka dan spontan mencerminkan pikiran positif dalam berkomunikasi. Keterbukaan hati dan telinga penuh kesadaran mendengarkan baik yang terdengar maupun yang dirasakan, keterbukaan diri terhadap orang lain, kebersamaan dan hubungan, keterbukaan terhadap kesepakatan dan tidak mudah memilih konflik.
Umpan Balik
Umpan balik adalah masukan atau pendapat orang lain tentang kita, berdasarkan pengamatan dan perasaan orang tersebut waktu berinteraksi dengan kita. Dalam komunikasi interpersonal harus ada keseimbangan antara komunikator dan komunikan sehingga tidak ada yang mendominasi.
HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI INTERPERSONAL?
Citra Diri , Citra diri adalah bagaimana cara seseorang melihat dirinya sendiri. (LAN RI, 2008). Setiap orang merupakan gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosialnya, pendidikannya, dan lain-lain tentang dirinya. Citra diri menentukan bagaimana seseorang melihat dirinya baik secara positif maupun negatif, melihat kelebihan dan kekurangannya. Cara melihat diri sendiril ini mempengaruhi bagaimana seseorang bergaul dan menempatkan diri diantara orang lain yang pada gilirannya menentukan bagaimana seseorang berkomunikasi. Citra Orang Lain, Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Di pihak lain, yaitu orang yang diajak berkomunikasi mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Kadang dengan orang yang satu komunikatif, lancar, tenang, jelas dengan orang lainnya tahu-tahu jadi gugup dan bingung. Ternyata pada saat berkomunikasi dirasakan campur tangan citra diri dan citra pihak lain.(Kajian Pustaka, 2012)
Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya serta kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. (Goleman, 2004). Kemampuan seseorang menggunakan pancainderanya untuk menangkap emosi orang lain sebagai sumber informasi akan mempengaruhi kualitas komunikasi interpersonalnya. Banyak pesan informasi yang disampaikan secara tersirat dalam emosi seseorang bukan hanya tersurat melalui ucapan ataupun tulisan.
Bahasa Tubuh, Bahasa tubuh menggambarkan hal-hal yang dipikirkan oleh seseorang. (Pease, 1987). Bahasa Tubuh bisa diartikan sebagai komunikasi sederhana yang dihasilkan oleh tubuh. Tubuh bagian mana? Pada prinsipnya banyak bagian tubuh kita yang dapat menyampaikan komunikasi mulai mata, bibir, kepala, tangan, kaki, dan seterusnya. Walaupun begitu bahasa tubuh yang sangat penting adalah tatapan mata, ekspresi wajah, gestur, dan postur. Mata dapat mengekspresikan emosi dan kognisi atau tingkat pemahaman seseorang. Ekspresi wajah dapat menggambarkan apakah seseorang sedang sedih, marah, kecewa, terkejut, takut, bahagia, dan seterusnya. Gestur seperti gerakan tangan, kaki, dan seterusnya juga mencerminkan pikiran seseorang. Sedangkan dengan mengamati postur seseorang ketika duduk, berdiri juga dapat membantu mengenali pikiran dan emosi seseorang tersebut.
PENUTUP
Pada penutup tulisan ini akan disampaikan tips memanfaatkan kedahsyatan komunikasi interpersonal khususnya dalam proses pembelajaran, sebagai berikut:
- Adanya keterbukaan antara pemberi materi dalam hal ini bisa widyaiswara, dosen atau guru dengan peserta diklat, mahasiswa, atau murid. Keterbukaan ditandai dengan menilai pesan komunikasi secara objektif dan proses pembelajaran yang profesional.
- Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai, tidak berlebihan dan tidak kurang dengan mensinkronkan antara apa yang diucapkan dengan yang dipikirkan.
- Saling mau mendengarkan antara pemberi dengan penerima materi sehingga terbangun komunikasi dua arah dan memberikan umpan balik yang sehat.
- Menempatkan citra diri dan citra diri orang lain dengan benar dan sesuai.
Dari uraian ini tujuan pembelajaran lebih bisa tercapai, juga mambina
hubungan baik antara pihak-pihak dalam proses pembelajaran sehingga
proses pembelajaran menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu dan diharapkan
karena sangat menyenangkan.
Daftar Bacaan:
- Goleman, Daniel. Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EQ Lebih Penting Daripada IQ). Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama. 2004
- Liliweri, Behaviour in Organization : Understanding and Managing the Human Side of Work, Allyn and Bacon, Orlando.1991
- Pease, Allan, Bahasa Tubuh: Bagaimana Membaca Pikiran Seseorang Melalui Gerak Isyarat. ARCAN. Jakarta. 1987.
- Tim Widyaiswara. Pengembangan Potensi Diri. LAN RI. Jakarta. 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar