SUMBER DAN JASA INFORMASI ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
oleh : Rostini Anwar., M.I.Kom
PERTEMUAN KE-2
MATERI 1 : IMPLEMENTASI ASPEK HUMANIORA DALAM KAJIAN PERPUSTAKAAN
|
Tulisan ini mencoba mengkaji kerelevansian aspek humaniora dalam bidang perpustakaan dalam konteks perpustakaan modern dewasa ini. Adapun tujuan yang diharapkan dari kajian ini adalah agar dapat dijadikan sebagai konsep untuk mendesain Perpustakaan Modern Berbasis Teknologi Informasi (TI) dan Humanis, yang sesuai dengan prinsip-prinsip filosofi kepustakawanan (Philosophy of Librarianship) sebagaimana dideskripsikan oleh Jesse Shera (1988). Shera mendeskripsikan kepustakawanan sebagai seni dan ilmu dalam akuisisi, preservasi, organisasi, dan temu kembali koleksi baik yang tertulis maupun audio visual yang betujuan untuk memaksimalkan akses dan pemanfaatan informasi bagi masyarakat. (“Librarianship is the art and science of the acquisition, preservation, organization, and retrieval of written and audio-visual records with the aim of assuring a maximum of information access for the human community.”)
I. KAJIAN LIERATUR
Berdasarkan penelusuran literatur yang dilakukan untuk tujuan penulisan makalah ini, nampaknya masih sangat sedikit literatur yang secara eksplisit mendiskusikan aspek humaniora dalam kaitannya dengan perpustakaan ini, terutama di Indonesia. Satu-satunya sumber yang sangat relevan dalam kajian ini adalah karya André Cossette, berjudul “Humanisme et bibliothéques: Essay sur la philosophie de la bibliothéconomie. Buku ini pertama sekali diterbitkan pada tahun 1976 oleh ASTED (L’Association pour l’avancement des sciences et des techniques de la documentation), yaitu asosiasi perpustakaan khusus Quebec. Karena karya ini dianggap sangat jarang dan menarik, maka kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 2009 oleh Rory Litwin, dengan judul “Humanism and Libraries: An Essay on the Philosophy of Librarianship (Rory Litwin, 2009).
Menurut Erickson (2011), salah seorang yang mereview buku tersebut, mengatakan bahwa ada dua alasan utama yang membuat karya salah seorang pustakawan di Quebec-Canada, ini menarik. Pertama, kajiannya bersifat fundamental, yaitu melakukan investigasi secara filosofis terhadap subtansi profesi pustakawan, dan kaitanya dengan tujuan filosofis perpustakaan itu sendiri. Kedua, buku Humanism and Libraries juga membedakan antara ilmu perpustakaan (Library Science) dan filosofi perpustakaan (Library Philosophy), serta mencoba memberi definisi keduanya. Hal ini dimaksudkan agar semua perpustakaan dapat mebedakannnya serta dapat memberikan layanan berdasarkan fondasi filosofinya masing-masing.
André Cossette (1976), sebagaimana di terjemahkan oleh Rory Litwin (2009), mendefinisikan ilmu perpustakaan sebagai konstruksi teoritis yang memiliki hubungan objektif terhadap berbagai aktifitas-aktifitas kepustakwanan (“Library Science is the theoretical construction of objective relationships among the activities of librarianship”). Sementara Filosofi Perpustakaan dartikan sebagai pengintegrasian aspek teoritis kedalam kegiatan praktis perpustakaan secara terpadu yang dapat menyatukan pemahaman terhadap eksistensi profesi pustakawan (“the theoretical integration of library practice as a unity, the encompassing understanding of the meaning of the profession”). Cossette, juga menegaskan bahwa upaya pengembangan teknis perpustakaan sangat penting dilakukan, namun juga sangat penting diperhatikan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh sebuah perpustakaan. (“It is important, to be sure, to work for the improvement of the techniques used in libraries, but it is also important to take an interest in the ends that we want to achieve by them”). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, Ilmu Perpustakaan merupakan ilmu yang mengkaji aktifitas-aktifitas perpustakaan, sementara filosofi perpustakaan merupakan eksplorasi yang menyeluruh terhadap eksistensi fungsi perpustakaan bagi masyarakat. Disinilah letak signifikansi implementasi aspek humaniora dalam kajian perpustakaan.
I. SIGNIFIKANSI HUMANIORA DALAM KONTEKS PERPUSTAKAAN MODERN
Dalam kontek perpustakaan modern yang identik dengan penerapan teknologi informasi dalam berbagai bidang kepustakwanan, kajian humaniora bahkan menjadi lebih penting dan sangat beralasan untuk dikaji. Alasan yang paling mendasar dapat dilihat dari tujuan perpustakaan, baik dalam konteks perpustakaan luar maupun dalam negeri. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007, tentang perpustakaan menegaskan bahwa “perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional”. Dengan berlandaskan pada prinsip dasar perpustakaan ini, maka jelaslah bahwa secanggih apapun software dan hardware, peran brainware (manusia) tetap berperan penting
untuk mencapai tujuan tersebut. Pustakawan boleh kagum dengan kehadalan produk IT dewasa ini, tetapi jangan sampai lupa untuk mengapresi diri, untuk terus berkreasi dan berinovasi. Karena pada hakikatnya teknologi hanyalah alat yang diciptakan oleh manusia, dan untuk kepentingan manusia. Berikut adalah beberapa peran penting brainware di era software?. Peran tersebut diantaranya adalah:
þ Menganalisa kebutuhan akan penerapan TI (Need Analysis)
þ Menentukan tujuan Penerapan IT
þ Merencanakan kebutuhan anggaran untuk penyediaan peralatan
þ Merencanakan tahapan pelaksanaan dan pengembangan
þ Menentukan siapa pelaksana dan yang mengoperasionalkan
þ Memikirkan anggaran operational, perawatan, dan anggaran pengembanagannya.
þ Mengevaluasi ketercapaian tujuan dan kemudahan penggunaan layanan (Usability)
Beitu juga halnya dalam konteks layanan perpustakaan modern, aspek humaniora sangat perlu diperhatikan. Karena ternyata tidak sedikit pencari informasi di era informasi yang merasa resah dan geliah (anxiety) karena sangat kesulitan mendapatkan informasi yang relevant dan reliable ( terpercaya). Alasan logisnya jelas, yaitu karena tidak semua informasi yang teresebar di era IT, dalam berbagai format dan media, tidak dikelola secara manusiawi. Maka dengan demikian “malapetka” keresahan dan kekhawatiranpun sulit dielakkan.
Menyikapi fenomena ini peran pustakawan juga sangat diperlukan untuk. Pustakawan dituntut proaktif mendeteksi, mengevaluasi dan mencarikan solusi yang efektif dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk manjamin berbagai aspek layanan perpustakaan, mulai dari proses seleksi sampai proses temu kembali informasi (information retreival) tidak terlepas dari aspek humanis.
Nama : Rizkiatun nisa munawaroh
BalasHapusNim : 2019031064016
HADIR
Nama : Ayu Nursandi Putri Febrianti
BalasHapusNIM : 2019031064003
HADIR
Terima kasih atas materinya
Nama : Gloria Dolfina Silubun
BalasHapusNIM :2019031064008
HADIR
Trimakasih Bu atas materinya
Nama:Tila Rosalinda Wayeni
BalasHapusNim :2019031064001
HADIR
Terima kasih ibu untuk materinya
Nama : Yulius menaser Rouw
BalasHapusNim : 2019031064012
Hadir ibu
BalasHapusterima kasih ibu
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus